Petani, Buruh Tani dan Dipaksa Keadaan Bertani: Nasib Tragis Petani Indonesia
- Gdm
Sektor pertanian Indonesia menghadapi banyak tantangan serius yang memperburuk kehidupan petani dan buruh tani. Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah tingginya biaya produksi. Di tahun 2024, biaya produksi padi di Indonesia mencapai Rp5.667 per kilogram, sementara harga beli gabah yang ditetapkan pemerintah hanya Rp6.000 per kilogram. Dengan margin yang begitu tipis, para petani hanya mendapatkan keuntungan yang sangat kecil, bahkan sering kali merugi.
Selain itu, permasalahan lainnya adalah ketidakpastian cuaca yang mempengaruhi hasil panen. Bencana alam seperti banjir, kekeringan, dan perubahan iklim membuat petani semakin sulit merencanakan musim tanam mereka. Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena perubahan iklim yang ekstrem menyebabkan banyak petani padi harus mengurangi frekuensi tanam mereka untuk menghindari kerugian yang lebih besar. Hal ini, pada gilirannya, mengurangi produksi pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan domestik.
Di sisi lain, kebijakan pemerintah mengenai impor beras juga memberikan dampak negatif bagi petani lokal. Pada tahun 2024, pemerintah Indonesia memutuskan untuk mengimpor 3,6 juta ton beras meskipun hasil panen lokal sedang meningkat. Keputusan ini memicu kemarahan di kalangan petani, karena masuknya beras impor menurunkan harga gabah di pasar, sehingga semakin memperburuk pendapatan petani. Dalam situasi seperti ini, para petani merasa bahwa kebijakan pemerintah tidak berpihak pada mereka, padahal mereka sudah berusaha keras untuk menghasilkan pangan bagi bangsa.
Buruh Tani: Pekerja yang Tertinggal
Sementara itu, nasib buruh tani pun tidak kalah tragis. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa upah buruh tani di Indonesia hanya sekitar 62% dari upah tukang bangunan, salah satu sektor pekerjaan dengan upah yang relatif lebih tinggi. Ini menunjukkan betapa rendahnya penghargaan terhadap pekerjaan yang mengandalkan tenaga fisik ini. Meskipun buruh tani bekerja keras di sawah atau ladang dari pagi hingga sore, mereka sering kali tidak mendapatkan upah yang layak untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.