Menanti Langkah Indonesia: Bergabung dengan BRICS atau Tetap Bebas?

Menteri Luar Negeri Sugiono dalam Pertemuan KTT BRICS di Kazan
Sumber :
  • Kementerian Luar Negeri RI

Selain itu, Tiongkok dan India sebagai anggota BRICS adalah pasar ekspor besar bagi Indonesia. Jika Indonesia bergabung, hal ini bisa mempererat hubungan ekonomi dan perdagangan dengan kedua negara ini dan meningkatkan daya tawar Indonesia di panggung internasional. Indonesia juga bisa memainkan peran strategis dalam mendukung stabilitas ekonomi di Asia Tenggara melalui kolaborasi dengan BRICS dalam mengembangkan program-program ekonomi yang relevan​.

Risiko Ketegangan dengan Negara Barat

Namun, bergabung dengan BRICS tidak tanpa risiko. Bergabungnya Indonesia dalam aliansi ini mungkin saja dilihat oleh negara-negara Barat sebagai tanda Indonesia semakin condong ke Timur. Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang masih menjadi investor terbesar di Indonesia, terutama di sektor manufaktur, teknologi, dan energi. Ketegangan diplomatik antara BRICS dan negara-negara Barat yang telah meningkat akibat perang di Ukraina, misalnya, bisa menimbulkan efek samping jika Indonesia dilihat terlalu dekat dengan pihak BRICS.

Di sisi lain, hubungan Indonesia dengan negara-negara ASEAN juga dapat terpengaruh, mengingat beberapa negara ASEAN seperti Singapura dan Filipina memiliki hubungan yang kuat dengan Amerika Serikat. Jika Indonesia bergabung dengan BRICS, negara-negara tetangganya mungkin akan merasa adanya perubahan dalam dinamika regional yang memengaruhi stabilitas di Asia Tenggara.

Kemandirian Ekonomi dan Kebijakan Bebas-Aktif

Sejak era Soekarno, Indonesia menjalankan kebijakan bebas-aktif yang menempatkannya di posisi netral dalam kancah geopolitik. Kebijakan ini memungkinkan Indonesia untuk tidak memihak salah satu blok tertentu, baik Timur maupun Barat. Dalam konteks globalisasi dan perdagangan bebas, kebijakan ini telah berhasil mengamankan posisi Indonesia sebagai negara yang diterima di berbagai forum internasional tanpa tekanan dari pihak tertentu.

Memilih untuk tetap bebas-aktif akan memungkinkan Indonesia menjaga hubungan baik dengan kedua pihak, BRICS maupun Barat. Dengan pendekatan ini, Indonesia dapat memaksimalkan manfaat dari kedua pihak tanpa harus terlibat dalam ketegangan geopolitik yang sering melibatkan kepentingan besar.