Anggaran Meningkat Hampir Rp2 Triliun, Koalisi Gemuk Solusi atau Beban?

Pelantikan Kabinet Merah Putih
Sumber :
  • presidenri.go.id

 

Jakarta, WISATA - Salah satu elemen terpenting dari politik pemerintahan adalah kemampuan untuk membangun koalisi yang kuat. Koalisi ini membantu presiden dalam menjaga stabilitas politik, meloloskan undang-undang, dan menghadapi tekanan politik internal maupun eksternal. Namun, koalisi yang besar dan gemuk sering kali datang dengan harga yang mahal: anggaran negara yang terbebani.

Dalam beberapa pemerintahan terakhir, tren peningkatan jumlah menteri dan wakil menteri menjadi fenomena umum, di mana presiden terpilih berusaha untuk mengakomodasi berbagai kepentingan politik dari partai-partai pendukung. Meskipun langkah ini bertujuan untuk menjaga stabilitas, dampaknya terhadap anggaran negara tidak bisa diabaikan. Berdasarkan data dari Celios, kabinet Prabowo-Gibran yang diproyeksikan akan memiliki lebih banyak menteri dan wakil menteri, diprediksi akan meningkatkan beban anggaran negara hingga hampir Rp2 triliun dalam lima tahun.

Beban Anggaran di Era Jokowi-Amin: Sudah Tinggi

Pada era Jokowi-Amin, kabinet terdiri dari 34 menteri dan 17 wakil menteri. Struktur kabinet ini, meskipun lebih kecil dibandingkan proyeksi kabinet Prabowo-Gibran, sudah menciptakan beban anggaran yang signifikan bagi negara.

Celios melaporkan bahwa gaji dan tunjangan menteri di kabinet Jokowi-Amin mencapai Rp61,2 miliar per tahun. Angka ini belum termasuk tunjangan wakil menteri yang mencapai Rp20,4 miliar per tahun. Selain gaji dan tunjangan, ada juga anggaran operasional untuk kementerian yang mencapai Rp306 miliar per tahun. Secara total, beban anggaran untuk kabinet Jokowi-Amin diperkirakan mencapai Rp387,6 miliar per tahun.

Kabinet Prabowo-Gibran: Proyeksi Beban Anggaran yang Semakin Membengkak

Koalisi besar yang diperkirakan akan mendukung pemerintahan Prabowo-Gibran membuat proyeksi kabinet mereka diprediksi akan memiliki lebih banyak menteri dan wakil menteri. Menurut data dari Celios, kabinet Prabowo-Gibran diperkirakan terdiri dari 49 menteri dan 59 wakil menteri. Ini artinya, jumlah kursi menteri dan wakil menteri akan meningkat drastis dibandingkan kabinet Jokowi-Amin.

Dampaknya terhadap anggaran negara jelas. Gaji dan tunjangan untuk para menteri di kabinet Prabowo-Gibran diperkirakan akan mencapai Rp88,2 miliar per tahun. Sementara itu, tunjangan wakil menteri akan meningkat menjadi Rp70,8 miliar per tahun. Anggaran operasional kementerian yang juga diperkirakan meningkat tajam, akan mencapai Rp648 miliar per tahun. Jika ditotal, proyeksi beban anggaran kabinet ini akan mencapai Rp777 miliar per tahun.

Dalam lima tahun masa pemerintahan, total peningkatan anggaran diperkirakan mencapai Rp1,95 triliun. Angka ini tentunya sangat besar dan membutuhkan perhatian khusus dalam pengelolaan APBN.

Risiko Kebijakan dalam Koalisi Gemuk

Koalisi besar yang terdiri dari berbagai partai politik tentunya memiliki tujuan menjaga stabilitas politik, namun hal ini juga menciptakan risiko kebijakan yang besar. Partai-partai politik yang masuk ke dalam koalisi sering kali memiliki kepentingan yang berbeda-beda, yang bisa memengaruhi jalannya pemerintahan.

Dalam banyak kasus, koalisi besar justru bisa menciptakan kebuntuan dalam pengambilan keputusan. Setiap partai dalam koalisi berusaha untuk mengamankan kepentingannya masing-masing, yang pada akhirnya bisa menghambat laju kebijakan yang seharusnya diterapkan untuk kepentingan nasional. Jika tidak dikelola dengan baik, koalisi gemuk justru bisa menciptakan pemerintahan yang kurang efektif dan terhambat dalam menjalankan tugas-tugasnya.

Implikasi Jangka Panjang untuk Keuangan Negara

Peningkatan anggaran sebesar hampir Rp2 triliun dalam lima tahun jelas memberikan dampak jangka panjang terhadap keuangan negara. Terlebih lagi, di tengah tantangan ekonomi global yang tidak pasti dan tingginya kebutuhan anggaran untuk sektor-sektor penting seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur, beban tambahan ini bisa mempengaruhi stabilitas fiskal negara.

Selain itu, dengan bertambahnya jumlah menteri dan wakil menteri, diperlukan tambahan anggaran untuk mendukung infrastruktur kementerian, termasuk pengadaan kantor baru, kendaraan dinas, dan fasilitas operasional lainnya. Semua ini berpotensi menciptakan tambahan beban anggaran yang tidak terduga.

Koalisi Gemuk dan Beban Keuangan Negara

Dalam konteks politik Indonesia, koalisi gemuk sering kali dipandang sebagai solusi untuk menjaga stabilitas politik. Namun, dengan proyeksi peningkatan jumlah menteri dan wakil menteri di kabinet Prabowo-Gibran, kita harus bertanya: apakah biaya yang ditimbulkan oleh struktur kabinet yang besar ini sepadan dengan manfaat politik yang dihasilkan?

Dengan beban anggaran yang diperkirakan mencapai Rp777 miliar per tahun, atau hampir Rp2 triliun dalam lima tahun, negara harus mempertimbangkan apakah koalisi gemuk benar-benar merupakan solusi yang tepat, atau justru menjadi beban jangka panjang bagi keuangan negara.