Kreak di Semarang Makin Marak: Apakah Gaya Hidup dan Kecemburuan Sosial Jadi Pemicu?
- Cuplikan layar
Kecemburuan Sosial: Ketimpangan yang Menyulut Konflik
Ketimpangan ekonomi antara remaja dari keluarga miskin dan mereka yang lebih mampu juga memicu kecemburuan sosial yang mendalam. Perasaan tidak setara dan iri hati terhadap mereka yang memiliki fasilitas lebih baik dapat mengarah pada tindakan destruktif. Dalam banyak kasus, remaja yang terlibat tawuran berasal dari latar belakang ekonomi rendah, di mana mereka merasa termarjinalkan oleh sistem sosial yang ada
Fenomena ini seringkali diperburuk oleh persepsi bahwa kelompok atau individu yang lebih makmur tidak peduli dengan kondisi mereka, sehingga timbul perlawanan dalam bentuk kekerasan. Aksi tawuran dan kekerasan kemudian menjadi bentuk protes yang salah arah terhadap ketidakadilan sosial yang mereka rasakan.
Kurangnya Pengawasan Keluarga dan Pengaruh Teman Sebaya
Kondisi keluarga yang tidak harmonis atau kurangnya pengawasan orang tua juga menjadi faktor penting. Banyak remaja yang terlibat dalam aksi tawuran berasal dari keluarga dengan masalah internal, seperti perceraian atau kesulitan ekonomi yang memaksa orang tua bekerja lebih lama. Dalam situasi seperti ini, anak-anak sering kali merasa terabaikan dan mencari dukungan emosional di luar keluarga, biasanya dari kelompok teman yang salah
Selain itu, tekanan dari teman sebaya atau peer pressure memegang peran besar. Remaja sering kali merasa terpaksa ikut serta dalam tindakan kriminal untuk mendapatkan pengakuan dari kelompok mereka. Tekanan ini bisa sangat kuat, terutama di lingkungan yang memiliki tingkat kriminalitas tinggi, di mana tawuran dan geng menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Kurangnya Akses Pendidikan dan Kegiatan Positif