Marie Antoinette: Sosok Kontroversial yang Disandingkan dengan Erina Gudono di Media Sosial

Marie Antoinette
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Jakarta, WISATA - Erina Gudono, menantu Presiden Joko Widodo, mendadak menjadi perbincangan karena perilakunya yang disamakan dengan Marie Antoinette, permaisuri Raja Prancis Louis XVI. Siapakah sesungguhnya Marie Antoinette. Marie Antoinette, nama yang tak asing di telinga banyak orang, kini kembali menjadi topik hangat di berbagai platform media sosial. Sosok yang dikenal sebagai Ratu Prancis pada abad ke-18 ini kerap dikaitkan dengan kemewahan dan kemegahan istana Versailles, serta peristiwa Revolusi Prancis yang mengguncang dunia. Namun, di balik segala kontroversi dan mitos yang melekat pada namanya, siapakah sebenarnya Marie Antoinette?

Latar Belakang Marie Antoinette

Marie Antoinette lahir pada 2 November 1755 di Vienna, Austria, sebagai putri dari Kaisar Franz I dan Maria Theresa dari Austria. Sejak kecil, ia sudah ditempa dengan pendidikan yang ketat, meski beberapa sejarawan mengungkapkan bahwa pendidikan yang diterimanya lebih fokus pada etika sosial dan seni dibandingkan ilmu pengetahuan yang mendalam.

Pada usia 14 tahun, Marie Antoinette menikah dengan Louis-Auguste, yang kelak menjadi Raja Louis XVI dari Prancis. Pernikahan ini adalah bagian dari aliansi politik antara Austria dan Prancis, dua kekuatan besar di Eropa pada masa itu. Ketika tiba di Prancis, Marie Antoinette menghadapi tantangan besar untuk beradaptasi dengan kehidupan istana Prancis yang sangat berbeda dengan kehidupannya di Austria.

Kehidupan di Istana Versailles

Sebagai Ratu Prancis, Marie Antoinette segera dikenal karena gaya hidupnya yang mewah dan glamor. Istana Versailles, tempat tinggalnya, adalah simbol kemewahan yang luar biasa pada masanya. Ia sering menggelar pesta-pesta besar, mengenakan pakaian dan perhiasan yang mewah, serta memiliki koleksi barang-barang berharga yang tak terhitung jumlahnya.

Namun, gaya hidupnya yang boros dan gemar berpesta sering kali menjadi bahan gosip dan kritik di kalangan rakyat Prancis, yang saat itu sedang menghadapi kesulitan ekonomi yang parah. Marie Antoinette dicap sebagai ratu yang tidak peduli dengan penderitaan rakyatnya dan lebih mementingkan kesenangan pribadi. Hal ini membuatnya menjadi target kebencian publik dan simbol dari semua yang salah dengan monarki Prancis.

Mitos “Let Them Eat Cake”

Salah satu mitos yang paling terkenal terkait Marie Antoinette adalah pernyataannya, "Let them eat cake" atau dalam bahasa Prancis "Qu'ils mangent de la brioche." Menurut cerita, saat diberitahu bahwa rakyatnya kelaparan karena tidak ada roti, ia dengan santainya menyarankan agar mereka makan brioche, sejenis roti manis yang lebih mahal.

Namun, para sejarawan sepakat bahwa kutipan ini tidak pernah diucapkan oleh Marie Antoinette. Mitos ini diduga diciptakan untuk menggambarkan betapa jauhnya para penguasa dari realitas yang dihadapi rakyatnya. Meskipun demikian, cerita ini terus melekat padanya, memperkuat citra negatif yang sudah terbentuk di benak banyak orang.

Revolusi Prancis dan Akhir yang Tragis

Kemarahan rakyat terhadap monarki akhirnya memuncak dalam Revolusi Prancis tahun 1789. Pada saat itu, Prancis mengalami krisis ekonomi yang parah, sementara ketidakpuasan terhadap keluarga kerajaan semakin meningkat. Marie Antoinette dan suaminya, Raja Louis XVI, menjadi target utama dari amarah revolusioner.

Pada tahun 1793, setelah berbagai upaya untuk melarikan diri dan mempertahankan kekuasaan mereka gagal, Marie Antoinette ditangkap dan diadili oleh Pengadilan Revolusi. Ia dituduh dengan berbagai dakwaan, termasuk pengkhianatan. Setelah menjalani pengadilan yang penuh dengan ketidakadilan, ia dijatuhi hukuman mati dengan guillotine pada 16 Oktober 1793. Eksekusi ini menandai akhir dari salah satu babak paling dramatis dalam sejarah Prancis.

Warisan Marie Antoinette

Meskipun hidupnya berakhir dengan tragis, warisan Marie Antoinette terus hidup hingga hari ini. Ia menjadi simbol dari keruntuhan monarki Prancis dan revolusi yang mengguncang Eropa. Kisahnya telah diangkat dalam berbagai karya sastra, film, dan seni, sering kali dengan berbagai interpretasi yang berbeda-beda.

Di era modern, Marie Antoinette sering kali dipandang sebagai korban dari sistem yang korup dan masyarakat yang tidak adil. Beberapa orang melihatnya sebagai wanita yang terjebak dalam peran yang tidak ia pilih, sementara yang lain masih menganggapnya sebagai simbol dari keserakahan dan ketidakpedulian aristokrasi.

Marie Antoinette di Media Sosial

Baru-baru ini, sosok Marie Antoinette kembali menjadi topik perbincangan di media sosial. Banyak pengguna media sosial yang tertarik pada kehidupan pribadinya, gaya busananya, serta peranannya dalam sejarah Prancis seiring dengan berita-berita terkait Erina Gudono yang menggunakan private jet serta gaya hidup mewahnya. Ada pula yang membahasnya dalam konteks feminisme modern, melihatnya sebagai sosok wanita kuat yang harus menghadapi tekanan yang luar biasa dari masyarakat dan politik.

Di lain pihak, ada yang mengkritik penggunaan sosoknya sebagai ikon mode dan budaya pop, mengingat latar belakang sejarah yang kelam dan penuh dengan ketidakadilan. Diskusi tentang Marie Antoinette di media sosial mencerminkan bagaimana sejarah dan tokoh-tokohnya terus hidup dan berkembang dalam ingatan kolektif masyarakat, sering kali dengan cara yang tak terduga.

Marie Antoinette, ratu yang hidup dalam kemewahan dan berakhir dengan tragis, tetap menjadi salah satu sosok paling menarik dan kontroversial dalam sejarah. Di tengah segala mitos dan fakta yang mengelilinginya, Marie Antoinette mengingatkan kita akan kompleksitas sejarah dan bagaimana sosok-sosok masa lalu terus memengaruhi budaya dan masyarakat hingga hari ini.