Wisata JOMO: Temukan Kebahagiaan Melalui Stoicisme dan Etnaprana
- Image Creator bing/Handoko
Jakarta, WISATA - Di era digital yang serba cepat, istilah JOMO atau Joy of Missing Out kian populer. Berbeda dengan FOMO (Fear of Missing Out), yang memicu rasa cemas karena merasa tertinggal, JOMO justru menawarkan kebahagiaan dengan menikmati hidup dalam kesederhanaan, tanpa tekanan sosial media atau hiruk-pikuk dunia modern. Kini, JOMO tidak hanya menjadi gaya hidup, tetapi juga tren wisata yang selaras dengan filosofi stoikisme dan nilai-nilai luhur budaya Indonesia seperti etnaprana.
Mengapa Wisata JOMO Relevan di Era Digital?
Di tengah derasnya informasi dan gaya hidup serba instan, banyak orang merasa terjebak dalam rutinitas yang melelahkan. Media sosial dan tekanan untuk selalu "terhubung" sering kali menjadi penyebab stres dan kelelahan mental. Wisata JOMO hadir sebagai solusi, mengajak individu untuk melarikan diri dari keriuhan digital dan menemukan ketenangan melalui pengalaman yang lebih bermakna.
Penelitian terbaru dari berbagai jurnal psikologi menunjukkan bahwa melakukan digital detox, seperti yang ditawarkan oleh wisata JOMO, dapat meningkatkan kualitas tidur, produktivitas, dan kesehatan mental secara keseluruhan.
Stoicisme: Filosofi di Balik Wisata JOMO
Stoikisme adalah ajaran filsafat kuno yang menekankan pengendalian diri, ketenangan batin, dan fokus pada hal-hal yang bisa dikendalikan. Konsep ini sangat relevan dengan JOMO, karena keduanya mengajarkan pentingnya melepaskan diri dari gangguan eksternal untuk menemukan kebahagiaan sejati.
Dalam wisata JOMO, praktik stoikisme bisa dilakukan melalui meditasi, refleksi pribadi, atau sekadar menikmati keindahan alam tanpa gangguan teknologi. Wisatawan diajak untuk meresapi momen-momen sederhana seperti menikmati matahari terbenam, mendengar suara ombak, atau berjalan di tengah hutan, sambil merefleksikan makna hidup.