10 Quote dan Kutipan Falsafah Jawa yang Inspiratif untuk Kehidupan dan Tetap Relevan

Ilustrasi Para Tokoh Filsafat Jawa
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Malang, WISATA - Falsafah Jawa, dengan kearifan lokalnya yang mendalam, telah diwariskan turun-temurun dan menjadi pedoman hidup bagi masyarakat Jawa. Kata-kata bijak dari para leluhur ini sarat makna dan mengandung nilai-nilai luhur yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Seneca: Kebajikan sebagai Kekayaan Sejati

Berikut adalah 10 quote dan kutipan falsafah Jawa yang inspiratif untuk menjalani hidup yang lebih bermakna:

1. "Welas Asih" (Kasih Sayang)

Seneca: "Hidup itu pendek, tetapi cukup panjang jika kita menghabiskannya dengan bijaksana."

"Welas asih titah ingkang luhur, asih sanggup ngempasi marang sarwa makhluk." - Ki Ageng Niaga

Artinya: "Kasih sayang adalah titah yang luhur, kasih sayang mampu mengasihi semua makhluk."

Seneca: "Menghabiskan waktu di sini lebih sering terjadi daripada memilihnya."

Kutipan ini mengingatkan kita untuk selalu menumbuhkan rasa kasih sayang kepada semua makhluk hidup. Kasih sayang merupakan kunci untuk menciptakan kehidupan yang harmonis dan penuh kedamaian.

2. "Urip Iku Urip" (Hidup Adalah Hidup)

"Urip iku urip, urip iku uripe wong liya." - Ki Ageng Englok

Artinya: "Hidup adalah hidup, hidup adalah hidupnya orang lain."

Kutipan ini mengajak kita untuk saling menghormati dan menghargai kehidupan orang lain. Kita harus hidup dengan penuh kesadaran dan bertanggung jawab atas setiap tindakan kita.

3. "Rumangsa Welas Asih" (Merasakan Kasih Sayang)

"Sing duwe rumangsa rumangsa asih, sing ora duwe rumangsa ora asih." - Ki Hajar Dewantara

Artinya: "Dia yang memiliki rasa kasih sayang, dia yang tidak memiliki rasa tidak kasih sayang."

Kutipan ini menekankan pentingnya memiliki rasa empati dan kepedulian terhadap orang lain. Kita harus mampu merasakan apa yang dirasakan orang lain dan berusaha untuk membantu mereka yang membutuhkan.

4. "Tepa Selira" (Tepat Perasaan)

"Tepa selira, utawa bisa ngrasakake apa sing dirasakake wong liya." - Ki Hadjar Dewantara

Artinya: "Tepat perasaan, atau bisa merasakan apa yang dirasakan orang lain."

Kutipan ini mengingatkan kita untuk selalu peka terhadap perasaan orang lain. Kita harus mampu menempatkan diri pada posisi orang lain dan memahami apa yang mereka rasakan.

5. "Ngluruk Tanpa Balen" (Memberi Tanpa Mengharapkan Imbalan)

"Ngluruk tanpa balen, tansuh tanpa pamrih, mung marang Gusti Allah." - Ki Hajar Dewantara

Artinya: "Memberi tanpa pamrih, tanpa mengharapkan imbalan, hanya untuk Allah SWT."

Kutipan ini mengajak kita untuk selalu berbuat baik tanpa mengharapkan imbalan. Kita harus ikhlas dalam membantu orang lain dan tidak mengharapkan pujian atau balasan.

6. "Nerimo Ing Pangarsa" (Pasrah pada Keadaan)

"Nerimo ing pangarsa dudu nrimo ing pangarep, nrimo ing pangarsa dudu nrimo ning wadho." - Ki Ageng Pengging

Artinya: "Pasrah pada keadaan bukan pasrah pada nasib, pasrah pada keadaan bukan pasrah pada kematian."

Kutipan ini mengingatkan kita untuk menerima keadaan dengan lapang dada. Kita harus ikhlas dengan apa yang terjadi dalam hidup dan tidak mudah menyerah pada kesulitan.

7. "Sugih Budi Luhur Budi Pekerti" (Kaya Budi dan Luhur Budi Pekerti)

"Sugih ora perlu sugih harta benda, sugih budi luhur budi pekerti luwih utama." - Ki Ageng Selo

Artinya: "Kaya tidak perlu kaya harta benda, kaya budi dan luhur budi pekerti jauh lebih utama."

Kutipan ini menekankan pentingnya memiliki budi pekerti yang luhur. Kita harus lebih mementingkan nilai-nilai moral dan spiritual daripada kekayaan materi.

8. "Waspada Ngalarum" (Waspada dan Selalu Siaga)

"Waspada ngalarum, durjana ilang, tan keno gugup, tan keno kalang kabut." - Ki Ageng Selo

Artinya: "Waspada dan selalu siaga, kejahatan hilang, tidak terkena gugup, tidak terkena kebingungan."

Kutipan ini mengingatkan kita untuk selalu waspada dan siap menghadapi segala kemungkinan. Kita harus berani melawan kejahatan dan tidak mudah panik dalam situasi sulit.

9. "Sakti Nanging Pati" (Berkuasa Tapi Tetap Mati)

"Sakti nanging pati, luhur nanging mati, sugih nanging mati, muda nanging mati, tuwa nanging mati, tan hana ingkang langgeng tan hana ingkang kekal." - Ki Ageng Selo

Artinya: "Berkuasa tapi tetap mati, luhur tapi tetap mati, kaya tapi tetap mati, muda tapi tetap mati, tua tapi tetap mati, tidak ada yang abadi, tidak ada yang kekal."

Kutipan ini mengingatkan kita bahwa semua yang kita miliki di dunia ini bersifat sementara. Kita harus hidup dengan penuh kesadaran dan tidak terlena dengan kesenangan duniawi.

10. "Tan Hana Ingkang Lawan" (Tidak Ada Lawan)

"Tan hana ingkang lawan, tan hana ingkang nglawan, tan hana ingkang nglawanan." - Ki Ageng Selo

Artinya: "Tidak ada lawan, tidak ada yang melawan, tidak ada yang dilawan."

Kutipan ini mengajak kita untuk selalu introspeksi diri dan tidak mudah menyalahkan orang lain. Kita harus fokus pada diri sendiri dan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Falsafah Jawa, dengan kearifan lokalnya yang mendalam, menawarkan banyak sekali nilai-nilai luhur yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Quote dan kutipan yang telah dipaparkan di atas hanyalah sebagian kecil dari kekayaan falsafah Jawa yang penuh makna dan inspirasi.

Mempelajari dan merenungkan falsafah Jawa dapat membantu kita untuk menjalani hidup yang lebih bermoral, spiritual, dan penuh kebahagiaan.