Melakukan Kebaikan untuk Orang Lain, Kebaikan untuk Diri Sendiri

Seneca Filsuf Stoicisme
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Jakarta, WISATA — Filsuf Romawi Stoik, Seneca, pernah berkata, “He that does good to another does good also to himself.” Terjemahannya: “Ia yang berbuat baik kepada orang lain, juga sedang berbuat baik kepada dirinya sendiri.” Kutipan ini mencerminkan prinsip mendalam dalam kehidupan manusia: bahwa kebaikan bukan hanya tindakan yang menguntungkan pihak lain, tetapi juga membawa dampak positif bagi pelakunya sendiri — secara emosional, psikologis, dan bahkan spiritual.

Chrysippus: “Kebajikan adalah Satu-Satunya Kebaikan Sejati; Kejar Kebajikan, Maka Kebahagiaan Akan Mengikutimu”

Di tengah dunia yang sering kali kompetitif dan individualistis, pesan Seneca memberikan napas segar dan pengingat akan nilai universal yang tak lekang oleh waktu: empati dan kepedulian terhadap sesama. Dalam ilmu psikologi modern, prinsip ini telah banyak dibuktikan. Penelitian menunjukkan bahwa tindakan menolong orang lain bisa meningkatkan rasa bahagia, mengurangi stres, bahkan memperkuat sistem kekebalan tubuh.

Fenomena ini dikenal sebagai “helper’s high” — kondisi saat seseorang merasa senang setelah melakukan perbuatan baik, misalnya berdonasi, membantu orang tua menyebrang jalan, atau sekadar mendengarkan curhat sahabat. Ini menunjukkan bahwa kebaikan bersifat timbal balik. Saat seseorang meringankan beban orang lain, ia juga sedang meringankan beban emosionalnya sendiri.

Chrysippus: “Keberanian adalah Fondasi untuk Menghadapi Segala Rintangan; Tanpa Keberanian, Kebajikan Tidak Akan Tumbuh”

Lebih jauh, prinsip Seneca ini juga berlaku dalam konteks sosial dan pembangunan komunitas. Ketika seseorang aktif membangun lingkungan yang lebih baik, secara tidak langsung ia juga sedang menciptakan tempat hidup yang lebih nyaman bagi dirinya sendiri. Misalnya, seseorang yang aktif menjaga kebersihan lingkungan, tidak hanya membuat tetangganya senang, tetapi juga menjaga kesehatan keluarganya sendiri.

Dalam ajaran filsafat Stoik, semua manusia dianggap sebagai bagian dari satu kesatuan besar — semacam tubuh sosial. Jika satu bagian dari tubuh itu menderita, maka seluruh bagian lain ikut terdampak. Maka, menolong orang lain sama halnya dengan merawat bagian dari diri kita sendiri. Ini bukan sekadar ajaran etika, tapi cara berpikir yang melihat dunia secara utuh dan saling terhubung.

Chrysippus: "Hidup adalah Rangkaian Sebab-Akibat; Pahamilah Bahwa Apa yang Terjadi, Terjadi Sesuai dengan Hukum Alam"

Dalam budaya Indonesia sendiri, semangat gotong royong yang diwariskan leluhur sejatinya telah mencerminkan kebijaksanaan yang sama. Saat warga desa saling bantu membangun rumah, panen sawah, atau menghadapi musibah, mereka tidak hanya menolong sesama, tapi juga memperkuat ikatan sosial dan rasa aman bersama.

Di era digital ini, kebaikan juga bisa dilakukan secara virtual: membagikan informasi bermanfaat, memberikan dukungan moral melalui pesan, atau ikut kampanye sosial online. Dan seperti kata Seneca, setiap aksi positif itu, sekecil apa pun, bukan hanya membawa manfaat bagi orang lain, tetapi juga membentuk pribadi kita menjadi lebih berempati, lebih dewasa, dan lebih bahagia.

Halaman Selanjutnya
img_title