Robert Rosenkranz: “Keheningan Bukan Kelemahan; Ia Adalah Bentuk Kekuatan yang Paling Diremehkan”
- Cuplikan layar
Jakarta, WISATA – Di era digital yang penuh kebisingan, opini, dan arus informasi tanpa henti, diam sering dianggap sebagai tanda kelemahan, ketidaktahuan, atau ketidakpedulian. Namun, menurut pemikir dan filantropis Robert Rosenkranz, ada nilai strategis dan mendalam dalam keheningan. Dalam pernyataannya yang menyentuh: “Keheningan bukan kelemahan; ia adalah bentuk kekuatan yang paling diremehkan,” Rosenkranz mengingatkan kita untuk meninjau ulang cara kita memandang diam, jeda, dan ketenangan dalam kehidupan pribadi dan profesional.
Artikel ini membedah makna dari kutipan tersebut dan mengapa keheningan, jika dipahami secara benar, bisa menjadi alat kepemimpinan, refleksi diri, dan komunikasi yang efektif.
Keheningan dalam Dunia yang Bising
Setiap hari kita dibanjiri suara: notifikasi dari ponsel, percakapan daring, perdebatan publik, dan tuntutan untuk selalu "berbicara" atau "menanggapi". Budaya modern menghargai kecepatan dan reaksi cepat, sering kali tanpa memberikan ruang untuk berpikir mendalam.
Namun, di tengah kegaduhan itu, keheningan menjadi kekuatan langka. Diam bukan berarti tidak tahu, melainkan memilih untuk tidak bereaksi secara impulsif. Dalam banyak tradisi filsafat, termasuk stoisisme yang menjadi rujukan Rosenkranz, keheningan adalah bentuk pengendalian diri yang tinggi.
Kekuatan Psikologis di Balik Keheningan
1. Refleksi Diri yang Lebih Jernih
Keheningan menciptakan ruang bagi pikiran untuk mengevaluasi, merenung, dan memahami. Dalam diam, kita bisa mendengar suara hati dan logika secara lebih jernih, tanpa gangguan eksternal.