Seneca: Pilihlah Sosok Panutan Sebagai Jangkar Hidupmu

Seneca
Sumber :
  • Cuplikan layar

Jakarta, WISATA – Dalam menjalani hidup yang penuh tekanan, pilihan, dan godaan, kita sering kali merasa goyah dan kehilangan arah. Filsuf Stoik asal Romawi, Lucius Annaeus Seneca, memberikan nasihat bijak yang masih sangat relevan hingga hari ini: pilihlah seseorang sebagai panutan yang bisa menjadi “jangkar” dalam hidupmu.

Mengejar Bahagia dengan Cara Tak Terduga: Kurangi Keinginan, Bukan Tambah Harta!

Nasihat ini disampaikan Seneca dalam salah satu surat terkenalnya kepada sahabatnya, Lucilius. Ia menganjurkan setiap orang untuk memiliki figur teladan yang dijadikan acuan dalam bersikap, bertindak, dan mengambil keputusan sehari-hari.

Seneca menulis:

Jules Evans: Filsuf yang Mendekatkan Stoikisme ke Masyarakat Modern

“Jadi pilihlah untuk dirimu seorang Cato—atau jika Cato terlalu keras bagimu, pilihlah Laelius, seorang yang tidak terlalu kaku. Pilih seseorang yang kehidupannya, kata-katanya, dan bahkan wajahnya mencerminkan karakter yang kamu kagumi. Bayangkan dia selalu hadir, sebagai penjaga atau panutanmu.”

Mengapa Perlu Sosok Panutan?

Filsafat Bukan Sekadar Kuliah: Jules Evans Buktikan Itu di Kehidupan Nyata

Menurut Seneca, memiliki sosok panutan bukan sekadar untuk dikagumi, tetapi untuk dijadikan tolok ukur moral. Dalam dunia yang cepat berubah dan sering kali membingungkan secara etika, kehadiran figur teladan akan membantu kita tetap teguh pada prinsip hidup yang benar.

Sosok panutan berfungsi sebagai cermin: dari mereka, kita bisa mengukur apakah tindakan kita sudah sesuai dengan nilai yang kita yakini. Ketika kita tergoda untuk mengambil jalan pintas atau melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hati nurani, kita bisa bertanya pada diri sendiri, “Apa yang akan dilakukan oleh panutanku dalam situasi ini?”

Cato dan Laelius: Dua Gaya Keteladanan

Seneca menyebut dua nama sebagai contoh: Cato dan Laelius. Cato dikenal sebagai figur yang sangat tegas dan disiplin dalam memegang prinsip, sementara Laelius lebih dikenal karena kelembutan dan keseimbangannya dalam bertindak.

Dengan menyebut dua karakter yang berbeda, Seneca ingin menunjukkan bahwa tidak ada satu bentuk panutan yang cocok untuk semua orang. Kita bebas memilih siapa pun yang nilai-nilainya sejalan dengan tujuan hidup kita—bisa orang tua, guru, tokoh sejarah, bahkan teman dekat.

Jangkar di Tengah Badai Kehidupan

Di tengah arus informasi yang begitu deras dan opini publik yang silih berganti, memiliki jangkar moral akan sangat membantu kita tetap tenang dan teguh. Sosok panutan ini menjadi acuan ketika kita harus mengambil keputusan penting, ketika kita berada di persimpangan hidup, atau saat kita merasa kehilangan arah.

Tanpa jangkar, kita mudah terbawa arus. Dengan jangkar, kita tahu ke mana harus kembali ketika mulai hanyut.

Langkah Praktis Menemukan Panutan

1.     Refleksi Diri – Tanyakan pada dirimu: nilai apa yang paling kamu hargai dalam hidup?

2.     Identifikasi Sosok yang Mewakili Nilai Itu – Bisa tokoh publik, pemimpin rohani, atau bahkan orang biasa yang hidupnya sederhana namun bermakna.

3.     Pelajari Kisah Hidupnya – Apa yang membuat mereka konsisten? Bagaimana mereka menghadapi tantangan?

4.     Gunakan sebagai Cermin Harian – Saat menghadapi dilema, tanyakan: “Apakah panutanku akan melakukan hal yang sama?”

Kesimpulan: Teguh dalam Prinsip, Tumbuh dalam Karakter

Seneca tidak meminta kita menjadi sempurna, tetapi mengingatkan pentingnya memiliki pedoman hidup yang jelas. Dengan memilih sosok panutan, kita punya titik acuan untuk tumbuh sebagai pribadi yang lebih kuat, tenang, dan berkarakter.

Panutan bukan untuk disembah, tapi untuk dijadikan inspirasi agar kita bisa menjalani hidup yang lebih bermakna—sesuai dengan nilai yang kita pegang teguh.