Pierre Hadot: “Renungkan, dan Biarkan Setiap Pengalaman Membentuk Karakter Anda”
- Image Creator Grok/Handoko
Kita sering mencari makna dari luar—dari buku, seminar, atau nasihat orang lain. Padahal, sumber pembelajaran terbaik justru ada dalam pengalaman hidup kita sendiri. Hadot menyarankan agar kita mengadopsi kebiasaan para filsuf kuno: menulis jurnal harian, melakukan introspeksi malam hari, dan mengamati batin dengan jujur. Dari sana, kita bisa melihat pola pikir, memahami reaksi emosional, dan memutuskan apakah kita ingin berubah atau tetap seperti ini.
Menjadikan Filsafat Sebagai Latihan Harian
Pierre Hadot banyak terinspirasi oleh Stoicisme—aliran filsafat kuno yang juga mempromosikan latihan refleksi sebagai bagian dari hidup. Para Stoik seperti Marcus Aurelius dan Epictetus selalu menekankan pentingnya menyadari diri sendiri. Mereka tidak menunggu krisis untuk mulai merenung, tetapi menjadikannya sebagai kebiasaan harian.
Hadot menyempurnakan pendekatan ini untuk dunia modern. Ia mengajak kita menjadikan momen-momen kecil sebagai ruang untuk latihan filsafat. Ketika kita merasa kesal, cemburu, takut, atau bahkan terlalu bersemangat—itu semua adalah undangan untuk merenung. Apa yang sedang kita rasakan? Dari mana asalnya? Apakah kita ingin tetap berada dalam keadaan itu, atau mengubahnya?
Karakter Tidak Terbentuk dalam Sehari
Satu hal yang pasti: membentuk karakter bukan proses instan. Ia seperti mengukir batu dengan tetesan air. Tidak langsung terlihat, tapi perlahan membentuk lekukan. Dengan membiarkan setiap pengalaman membentuk kita, kita belajar membangun pondasi karakter yang kuat—bukan berdasarkan opini orang lain, tapi dari pemahaman mendalam akan siapa diri kita.
Pierre Hadot memandang hidup bukan sebagai sesuatu yang harus dikuasai, tapi sebagai jalan panjang yang penuh latihan. Kita dilatih untuk menjadi bijaksana, sabar, tegas, lembut, pemaaf, dan penuh kasih—semua itu tidak datang dari luar, melainkan dari keputusan sadar yang kita buat setiap kali merenung.