Pierre Hadot: “Filsafat Mengajarkan Kita untuk Hidup Sederhana, agar Jiwa Tidak Terbebani Keinginan Tak Terhingga”
- Image Creator Grok/Handoko
Dari mereka, Hadot belajar bahwa tujuan utama dari filsafat adalah mencapai kebijaksanaan dan ketenangan batin (ataraxia), dan itu hanya bisa diraih jika seseorang tidak dikuasai oleh hasrat yang meluap-luap. Kesadaran ini mendorong Hadot untuk menjadikan filosofi sebagai latihan harian yang praktis—sebuah cara untuk membersihkan batin dari kebisingan dunia.
Menjadi Bebas dari Diri Sendiri
Keinginan yang tak terkendali sering kali membelenggu kita. Ketika kita selalu ingin lebih—lebih kaya, lebih diakui, lebih sempurna—kita cenderung menjadi budak dari standar yang tidak pernah selesai. Hadot mengajak kita untuk merenung: “Untuk apa semua ini jika ujung-ujungnya hanya membuat kita cemas dan lelah?”
Dengan hidup sederhana, kita belajar untuk membebaskan diri dari tekanan itu. Kita mulai menyadari bahwa kita tidak harus selalu memiliki apa yang diinginkan. Cukup dengan memiliki apa yang dibutuhkan, dan selebihnya, belajar untuk melepaskan. Di situlah kebebasan sejati mulai tumbuh.
Filsafat Bukan untuk Dipelajari, Tapi Dijalani
Hadot sangat menekankan bahwa filsafat harus menjadi way of life, bukan sekadar intelektualisme. Ia percaya bahwa siapa pun, tanpa harus menjadi akademisi, bisa menjalani hidup yang filosofis. Tidak perlu rumit, tidak perlu kutipan Latin atau Yunani kuno—cukup dengan menyadari diri, mempraktikkan pengendalian diri, dan mengarahkan hidup ke nilai-nilai yang lebih tinggi daripada sekadar keinginan duniawi.
Dalam hidup sehari-hari, ini bisa berarti melatih diri untuk bersyukur atas hal-hal kecil, menahan godaan untuk konsumtif, menerima kenyataan dengan lapang, dan tidak mudah terpancing oleh hal-hal yang di luar kendali kita. Di sinilah latihan filsafat bekerja: sederhana, namun sangat mendalam.