Konsepsi Manusia sebagai Mikrokosmos dalam Pandangan Jalaludi Rumi

Jalaludin Rumi (ilustrasi)
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Jakarta, WISATA - Dalam filsafat dan spiritualitas, manusia sering kali dianggap sebagai mikrokosmos, yaitu cerminan dari alam semesta yang lebih besar. Pemikiran ini telah lama diutarakan oleh para filsuf dan sufi, termasuk Jalaluddin Rumi, seorang penyair dan mistikus terkenal dari abad ke-13. Menurut Rumi, manusia adalah mikrokosmos ('alam saghir', jagat cilik) yang mampu menyerap makrokosmos ('alam kabir', jagat besar) di dalam bingkainya yang kecil.

Ajaran Socrates tentang Kebajikan: Mengapa Masih Relevan Hingga Kini?

Keindahan dalam Diri Manusia

Rumi percaya bahwa dalam diri manusia terdapat ratusan dunia yang tak terlihat, sehingga tidak sepatutnya seseorang mencari keindahan di luar jati dirinya. Sebagai cerminan dari alam semesta, manusia memiliki potensi dan keindahan yang luar biasa di dalam dirinya. Rumi mengekspresikan ini dengan indah dalam puisinya, "Kau sendiri adalah (seluruh) masyarakat, kau satu dan ratusan ribu jumlahnya." Pernyataan ini menegaskan bahwa manusia adalah cerminan dari seluruh alam semesta, dan segala sesuatu yang ada di luar dapat ditemukan dalam diri kita.

Mengapa Dialog-dialog Plato Seperti 'Meno' dan 'Timaeus' Masih Dipelajari hingga Kini?

Intelek dan Cinta: Kunci untuk Menyerap Keindahan

Intelek manusia memiliki kemampuan untuk menerangkan rahasia alam semesta sampai sedalam-dalamnya, tetapi hanya bila digosok oleh cinta. Para ahli makrifat, para wali, yang merupakan "intelek dari intelek" memiliki kemampuan untuk menerangkan rahasia ini kepada seorang pencari. Cinta di sini bukan hanya cinta dalam arti romantis, tetapi cinta dalam pengertian yang lebih luas, yaitu rasa kasih dan penghargaan terhadap segala ciptaan, termasuk diri kita sendiri.

Kunci Kebahagiaan Menurut Socrates, yang Masih Banyak Diikuti oleh Masyarakat Modern Hingga Kini

Intelek tanpa cinta mungkin mampu memahami aspek-aspek teknis dan ilmiah dari alam semesta, tetapi tanpa cinta, pemahaman itu akan dangkal dan terbatas. Cinta memberikan kedalaman dan makna pada intelek, memungkinkan manusia untuk memahami dan merasakan keindahan sejati dari alam semesta. Oleh karena itu, bagi Rumi dan banyak sufi lainnya, perjalanan spiritual bukan hanya tentang pencarian pengetahuan, tetapi juga tentang pencarian cinta dan kebijaksanaan.

Mikrokosmos dalam Kehidupan Sehari-hari

Halaman Selanjutnya
img_title