KAGAMA BEKSAN Jabodetabek Sajikan Mini Cakrawala Nusantara di Festival Lima Gunung XXII, Magelang
- Tom Blero
Penampilan kedua adalah tari Glipang dari Jawa Timur. Tari Glipang juga sudah ada sejak zaman dahulu kala, yang diteruskan secara turun temurun oleh para penarinya warga Probolinggo, Jawa Timur yang religius.
Tari Glipang bernafaskan Islam dan menjadi simbol perlawanan senyap melawan penjajah Belanda. Gerakannya menggambarkan keberanian prajurit yang gagah berani dalam upaya mengusir penjajah. Bahkan ada semboyan yang terkait dengan keberanian para prajurit ini, yaitu "Lebih baik mati, dari pada menanggung malu di bawah belas kasihan penjajah".
Kagama Beksan Jabodetabek Sajikan Tari Legong Condong di FLG XXII
- Tom Blero
Tari Legong Condong menjadi sajian ketiga. Tarian ini merupakan bagian dari varian Legong Keraton Lasem yang berkembang di puri-puri di Pulau Dewata.
Tokoh Condong tampil sebagai pembuka tari Legong yang menggambarkan sosok perempuan muda yang setia, kuat, lincah dan tegas sebagai pengasuh atau pelayan dari para raja.
Ada cukup banyak varian tarian Legong di berbagai daerah di Bali. Kali ini, yang dibawakan penari Kagama Beksan Jabodetabek adalah gaya Denpasar dengan karakteristik gerak yang tegas dan kuat.
Kagama Beksan Jabodetabek Sajikan Tari Kancet Banguntawai di FLG XXII
- Tom Blero
Sementara tari Kancet Banguntawai dari Kalimantan Timur menjadi penampil terakhir Kagama Beksan Jabodetabek.
Pulau Kalimantan menjadi habitat dari burung enggang yang cantik, anggun dan kini mulai langka. Satwa langka ini mengilhami tari-tarian suku Dayak Kenyah, Desa Tampang, Samarinda, Kalimantan Timur.
Salah satu tarian khas Dayak Kenyah terilhami dari burung enggang adalah Kancet Banguntawai. Arti dari Banguntawai Mentawai menggambarkan pembangun spirit, memotivasi dan semangat yang menggelora, yang terwakili dalam kesatuan tampilan gerak yang dinamis serta dituangkan dalam gerak lembut dan hentakan kaki yang kuat, serta alunan musik yang khas seperti gendang, gong dan klentangan. Semua berpadu menjadi satu kesatuan bentuk tari yang indah dan rampak.
Seni dan budaya peninggalan para leluhur Nusantara memang harus dijaga dan dilestarikan sepanjang masa. Adalah kewajiban kita saat ini, untuk memegang tanggung jawab tersebut, agar generasi penerus bangsa di masa mendatang bisa tahu, mengerti dan memahami, betapa luar biasanya kekayaan budaya asli negeri ini.