INFO HAJI 2024: Kisah Ali Topan, Sang Disk Jockey yang Naik Haji, Janji Mau Taubat

Ali Topan, Jemaah Haji Embarkasi Surabaya, Disk Jockey yang Naik Haji
Sumber :
  • kemenag.go.id

Makkah, WISATA – Namanya Ali Topan berumur 45 tahun.

Perawakannya keceng, pembawannya riang, gaya bicaranya medok Suroboyoan.

Ia berniat berangkat ke tanah suci sudah lama, namun baru terlaksana tahun ini.

Kebetulan, Ali yang juga menjadi wartawan salah satu media ekonomi ini, memenangi lomba dari salah seorang tokoh asal Surabaya pada tahun 2011.

Tak langsung berangkat sih, ia pun harus mengantre.

Tekad kuatnya untuk menjadi tamu Allah, membuatnya harus rela menabung.

Beruntung, Ali punya keterampilan lain selain menjadi jurnalis yakni disk jockey.

“Alhamdulillah setelah menunggu 13 tahun, keturutan. Alhamdulillah,” ujarnya saat ditemui di hotel tempatnya menginap di kawasan Misfalah, Makkah, Minggu (26/5/2024).

Ali punya misi khusus berangkat ke tanah suci, yakni pertaubatan dan mendoakan salah satu anaknya yang autis.

Di Makkah, ia bertekad untuk mendoakan anaknya yang kini berusia 21 tahun di Multazam, salah satu tempat mustajab.

Ali ingin anaknya yang sekarang belajar di sekolah khusus di Surabaya itu, bisa hidup normal selayaknya orang lain.

Selama 21 tahun itu, Ali merawat anaknya yang bernama Aziz itu.

"Saya ingin minta ke Allah, anak bisa hidup normal seperti orang pada umumnya," kata Ali sembari terus menderas syukur.

Selama ini, Ali merasa berbuat dosa, karenanya ia ingin bertaubat.

“Jadi bisalah dibilang disk jocky naik haji. Saya ingin seperti bayi lagi setelah pulang dari tanah suci. Saya tahu orang-orang terbaik, hadiahnya di sini," katanya.

Ia mengatakan, DJ yang naik haji itu sangat banyak.

DJ itu hanya pekerjaan saja, yang kebetulan memang banyak bersinggungan dengan dunia malam.

Tapi ia berjanji pada diri sendiri, setelah pulang bakal menjadi lebih baik lagi.

"Setelah pulang saya mau pensiun. Main DJ di rumah saja," katanya.

Dua tekad itu yang membuat Ali, tak putus asa menunggu selama 13 tahun, meski dalam perjalanannya cobaan selalu ditemuinya.

Rasa putus asa terus muncul, saat cobaan itu datang.

Cobaan pertama, saat ia nyaris tak bisa melunasi biaya haji tepat waktu.

"Aku ini hampir 99 persen gagal, cak. Pokoknya wis, sedih, nangis gara-gara administrasi. Duit enggak cukup. Tapi aku yakin kalau Allah memanggil, pasti aku berangkat," katanya.

Ceritanya, pada tahun 2024, ia mendapat surat pemberitahuan waktu pelunasan biaya haji.

Diberitahukan bahwa pelunasan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (Bipih) bisa dilakukan mulai tanggal 7 sampai 12 Februari 2024.

Kebetulan saat ada pemberitahuan itu, dirinya sama sekali tidak punya uang.

Ali akhirnya harus pinjam sana sini agar bisa melunasi biaya itu.

Ali lega bisa dapat pinjaman. Namun masalah muncul lagi, saat ia datang ke Bank Syariah Indonesia (BSI) pada tanggal 12 Februari 2024.

Saat datang akan melunasi, Ali ditolak karena masalah administrasi.

Masalahnya, karena ia belum punya surat medical checkup (MCU) dari rumah sakit.

Padahal saat itu dalam hitungan jam, layanan bank bakal ditutup.

"Teller bank bilang, pelunasan ditutup sampai 15.00,” ujar bapak dua anak ini.

Tak butuh berpikir lama, Ali langsung mendatangi Puskesmas minta surat kesehatan.

Surat itu langsung disodorkan ke BSI namun ditolak, karena yang dibutuhkan MCU bukan surat keterangan sehat.

Dalam cuaca terik Surabaya itu, akhirnya Ali ke klinik untuk MCU.

Tapi klinik bilang, hasil MCU baru bisa keluar jam 16.00.

“Lemes aku, cak..! Berarti bukan takdir saya naik haji, ya sudahlah," ujarnya.

Ali tak berdaya.

Ia berniat mengembalikan uang pinjaman dari temannya.

Namun tiba-tiba keajaiban datang.

Kementerian Agama (Kemenag) membuat edaran, pelunasan BIPIH diperpanjang sampai 24 Februari.

Ali plong, lega. "Waktu itu saya yakin berangkat," ujarnya.

Selesai? Belum.

Menjelang pelunasan yang diperpanjang itu, tiba-tiba anaknya sakit.

Satu anaknya lagi juga butuh biaya untuk mendaftar sekolah.

Terpaksa, uang yang rencananya digunakan untuk melunasi Bipih dicuil sedikit, untuk anak-anaknya itu.

Akibatnya pas pelunasan teller bank bilang, duit yang ada di rekening masih kurang.

"Enggak tahu mbak, saya bingung. Linglung, menghayal apa bisa haji atau tidak. Sama security bank, katannya koyok wong gendeng," katanya.

Teller bank bilang, bank akan ditutup jam 15.00.

Tapi demi saya, mereka akan rela menunggu sampai kekurangannya tercukupi.

Ali sudah enggak tahu harus berbuat apa.

Di saat Ali tak bisa berpikir, keajaiban datang.

Seorang temannya yang hampir tujuh tahun tidak pernah bertemu, meneleponnya.

Setelah tanya kabar, Ali menceritakan kondisinya.

Tanpa pikir panjang, sang kawan langsung membantu menutup biaya pelunasan itu.

Ali lega.

Cobaan bertubi-tubi itu akhirnya berakhir.

Keinginan untuk berkunjung ke Baitullah, akhirnya terkabul.

Bahkan ia diminta menjadi ketua regu rombongan 7 yang berangkat dari embarkasi Surabaya-Asrama Haji Sukolilo (SUB-17).

(Sumber: kemenag.go.id)


INFO HAJI 2024: Tahun Ini, Embarkasi Surabaya Gunakan Fasttrack, Layani 39.228 Jemaah Haji