WOLBACHIA: Implementasi Wolbachia, Terbukti Aman dan Efektif di Kota Semarang

WINGKO SEMARANG atau Wolbachia Ing Kota Semarang
Sumber :
  • semarangkota.go.id

Semarang, WISATA Demam Berdarah (DB) masih menjadi masalah utama kesehatan di Kota Semarang, Jawa Tengah.

Pada tahun 2022, telah terjadi peningkatan kasus sebanyak 2 kali lipat, serta 3 kali lipat kematian dibandingkan tahun 2021.

Sedangkan pada tahun 2023 hingga 10 November 2023, terdapat 389 Kasus dengan 16 Kematian.

Kota Semarang terpilih sebagai salah satu dari 5 Kabupaten/Kota dalam pilot project Penyelenggaraan Teknologi Nyamuk Aedes Aegypti Ber-Wolbachia yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/1341/2022 tentang Penyelenggaraan Pilot Project Penanggulangan Dengue dengan Metode Wolbachia.

WINGKO SEMARANG atau Wolbachia Ing Kota Semarang, merupakan tagline yang diusung Kota Semarang dalam upaya untuk pengendalian DBD dengan Teknologi Wolbachia.

LEBARAN 2024: Hari Ke-2, Ratusan Warga Padati Lokasi Wisata Ngrembel Asri, Semarang

Proses Penyebaran Wolbachia di Semarang

Photo :
  • semarangkota.go.id
Kendatipun demikian, masyarakat tetap diimbau untuk tetap melaksanakan PJN (pemberantasan jentik nyamuk) dan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) di lingkungan rumah secara rutin 2 kali seminggu.

Teknologi Wolbachia merupakan teknologi yang dapat melumpuhkan virus dengue, zika dan chikungunya dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti, sehingga virus tersebut tidak menular kepada manusia.

Cara kerjanya, jika Aedes aegypti jantan berwolbachia kawin dengan aedes aegypti betina lokal tanpa wolbachia, maka virus pada nyamuk betina akan terblok.

Selain itu, jika yang berwolbachia itu nyamuk betina kawin dengan nyamuk jantan yang tidak berwolbachia, maka seluruh telurnya akan mengandung wolbachia.

Sebelum Pilot Project dari Kementerian Kesehatan RI ini dilakukan, World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta telah melakukan uji coba di Yogyakarta dan Bantul.

Hasilnya, di lokasi yang telah disebar Wolbachia, terbukti mampu menekan kasus demam berdarah hingga 77 persen, dan menurunkan proporsi dirawat di rumah sakit sebesar 86%.

Selain itu, hasil kajian risiko yang dilakukan oleh tim pakar independen untuk Teknologi Wolbachia menunjukan, bahwa teknologi ini masuk pada risiko sangat rendah, dimana 30 tahun mendatang peluang peningkatan bahaya dapat diabaikan.

Dalam perkembangannya, setelah diluncurkan pada tanggal 30 Mei 2023 di Kecamatan Tembalang dan dihadiri langsung oleh Menteri Kesehatan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (mewakili Gubernur Jawa Tengah) serta Walikota Semarang, proses penyebaran pertama Wolbachia serentak 12 Kelurahan di Kecamatan Tembalang, mulai dilakukan pada tanggal 8 September 2023.

Kemudian, pada tanggal 23 Oktober 2023 pada 11 Kelurahan di Kecamatan Banyumanik, serta akan dilaksanakan rilis juga di 16 Kelurahan di Kecamatan Gunungpati pada tanggal 21 November 2023.

Proses Penyebaran Wolbachia di Semarang

Photo :
  • semarangkota.go.id
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Mochamad Abdul Hakam menegaskan, dampak dari pelepasan liaran nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia memang belum bisa langsung dirasakan, dampak penurunan kasus baru bisa dirasakan minimal satu tahun setelah proses implementasi selesai.

Namun gambaran kasus DBD di Kecamatan Tembalang periode Januari sampai September, cenderung mengalami penurunan diangka 51 kasus, dibandingkan tahun 2022 dengan periode yang sama, terdapat 98 kasus.

Hal yang sama juga terjadi di Kecamatan Banyumanik periode Januari sampai September, dimana penderita DBD ada di angka 83 di tahun 2022, namun dalam periode yang sama turun menjadi 29 kasus di tahun 2023.

(Sumber:semarangkota.go.id)

WOLBACHIA: Nyamuk Wolbachia Jadi Perdebatan, Ini Tanggapan Guru Besar Unair