7 Hantu Ombak Bono Sungai Kampar yang Membuat Para Surfer Tergiur Berpetualang
- kemenparekraf.go.id
Pelalawan WISATA, Riau - Buku novel terbaru karya Dewi Lestari berjudul "Rapijali" menawarkan cerita yang menggugah minat para pecinta surfing untuk berpetualang di tempat yang tak lazim. Dalam novel ini, diceritakan tentang tempat berselancar yang berbeda dari biasanya, bukan di laut, melainkan di sungai. Tempat yang dimaksud adalah Sungai Kampar, Desa Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Riau.
Sungai Kampar, terletak di Pulau Sumatera, membentang sepanjang 413 meter dengan kedalaman mencapai 6 meter. Keunikan Sungai Kampar terletak pada pertemuan dua sungai besar, yaitu Sungai Kampar Kanan dan Sungai Kampar Kiri. Sungai Kampar Kanan melewati Kabupaten Lima puluh Kota dan Pasama, sementara Sungai Kampar Kiri melintasi Kabupaten Sijunjung.
Kepopuleran sungai ini sebagai destinasi surfing tak lepas dari fenomena ombak bono yang luar biasa. Ombak Bono terjadi akibat dari pertemuan dua arus sungai dan arus laut, dan di Sungai Kampar, terdapat tiga pertemuan arus di mulut muara sungai, yakni arus dari sungai Kampar, laut Cina Selatan, dan selat Malaka.
Ombak bono di Sungai Kampar terkenal dengan sebutan "7 Hantu Ombak Bono" karena memiliki 7 ekor dan bentuknya menyerupai kuda, sehingga dijuluki "Induk Bono". Daya tarik ombak Bono ini tidak hanya bagi para peselancar lokal, tetapi juga menarik minat peselancar dari berbagai penjuru dunia, seperti Singapura, Rusia, Inggris, Australia, Portugal, Austria, Jerman, dan negara lainnya.
Para peselancar sangat terpikat oleh tingginya ombak Bono yang mencapai 5-6 meter dan panjangnya mencapai 200 meter hingga 2 kilometer tanpa terputus. Kecepatan ombak yang bisa mencapai 40-50 kilometer per jam membuatnya begitu menantang. Durasi waktu perjalanan ombak bono ini sekitar 1,5-2 jam dengan jarak mencapai 50-60 kilometer. Suara gemuruh ombak yang memecah di atas sungai membuat petualangan ini semakin memikat bagi para surfer.
Namun, petualangan surfing di Sungai Kampar bukanlah hal yang bisa diambil enteng. Ombak besar yang menjadi daya tarik ini hanya terjadi dua kali dalam setahun, yakni pada Oktober hingga Desember dan Februari hingga Maret. Oleh karena itu, para peselancar harus melakukan perencanaan matang sebelum berkunjung ke sini.
Demi menarik lebih banyak wisatawan dan mengenalkan potensi alamnya, masyarakat setempat menyelenggarakan Festival Surfing Bono Bekudo yang menjadi ajang unggulan dalam menyajikan lomba surfing dan pameran ekonomi kreatif, termasuk pembuatan batik bono dan Bono Jazz Festival. Selain itu, ada juga Internasional Surfing Festival yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para penggemar surfing dari berbagai negara.