Era Baru Spionase Siber: Peran Peretas China dalam Pelanggaran Data Global

Hacker (ilustrasi)
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Cara Peretas China Beroperasi

Keamanan Data di Era Digital: Haruskah Indonesia Menyimpan Data di Dalam Negeri?

Peretas China telah mengembangkan metode canggih untuk menyusup ke sistem, sering kali menggunakan zero-day exploits, kampanye phishing, dan serangan rantai pasokan. Salah satu strategi kunci mereka adalah ketekunan—setelah berada di dalam jaringan, mereka sering tetap tidak terdeteksi untuk jangka waktu yang lama, memungkinkan mereka untuk terus mengalirkan data tanpa tertangkap.

Kelompok seperti APT10 (juga dikenal sebagai Stone Panda) telah sangat efektif dalam melakukan serangan rantai pasokan. Mereka menargetkan penyedia layanan terkelola (MSP), yaitu perusahaan pihak ketiga yang mengelola infrastruktur TI untuk bisnis lain. Dengan mengkompromikan penyedia ini, APT10 dapat mengakses sistem beberapa perusahaan sekaligus, memaksimalkan jumlah data yang dapat mereka curi.

Future Proofing Surabaya: Data Center, AI, Smart Office, dan Peran Keamanan Siber

Target Utama: Teknologi, Kesehatan, dan Keuangan

Sektor teknologi, kesehatan, dan keuangan sering menjadi target spionase siber China. Pada tahun 2020, peretas China dituduh mencoba mencuri penelitian terkait vaksin COVID-19 dari perusahaan-perusahaan seperti Moderna dan Pfizer. Serangan semacam itu merupakan bagian dari strategi yang lebih luas untuk mendapatkan keuntungan kompetitif di industri-industri kunci.

Nusantara Command Center: Jantung Keamanan dan Pengawasan di Ibu Kota Nusantara

Di sektor keuangan, kelompok peretas telah menyusup ke lembaga keuangan global, mengumpulkan data pelanggan dan informasi transaksi yang dapat digunakan untuk penipuan dan pencucian uang. Ancaman ini tidak hanya membahayakan perusahaan, tetapi juga menciptakan risiko bagi konsumen dan keamanan ekonomi global.

Respon Global dan Langkah-Langkah Keamanan

Halaman Selanjutnya
img_title