Ungker Jati, Kuliner Ekstrem Khas Blora yang Bisa Habiskan Nasi Sebakul, Rasakan Sensasinya!
- Tangkap layar Tik Tok/setiyariniendah
Blora, WISATA – Jika Anda melintasi jalan tepi hutan Cepu – Blora, akan dijumpai ibu-ibu berjualan sesuatu yang dibungkus daun jati. Mereka mulai stand by di pinggir jalan sejak pukul 13.00 siang. Yang baru sekali melewati jalur ini pasti bertanya-tanya, berjualan apa ibu-ibu tersebut. namun bagi yang sudah biasa, telah mengetahui, bahwa di dalam bungkusan daun jati tersebut terdapat ungker.
Ungker atau ada juga yang menyebut enthung adalah kepompong dari ulat jati. Ulat yang sudah cukup memakan daun jati akan memulai fase kepompongnya (pupa) dengan turun ke tanah dengan benang dan mulai membungkus dirinya dengan jaringan kepompong. Nah, kepompong atau bahasa setempatnya ungker inilah yang diburu ibu-ibu untuk dijual dengan harga cukup mahal.
Ungker jati tidak keluar setiap saat, namun hanya musim-musim tertentu. Biasanya pada pergantian musim kemarau memasuki musim penghujan, orang bisa “panen” ungker. Mereka menyebutnya musim laboh, jadi praktis hanya setahun sekali akan dijumpai penjual ungker di pinggir jalan hutan Cepu – Blora.
Pemburu ungker telah berangkat pagi-pagi sekali untuk mencari ungker. Lokasi pencariannya di dalam hutan jati, dengan radius seluas hutan jati tersebut. Seringkali ibu-ibu tersebut menghabiskan waktu hingga 3 jam untuk mencari ungker. Ungker akan menempel pada daun-daun jati yang membusuk. Satu lembar daun jati bisa saja dihuni puluhan ungker, para pencari harus cermat mengambili satu per satu. Setelah dikumpulkan, lalu dibungkus dengan daun jati baru, sebungkusnya dihargai Rp 15.000 hingga Rp 20.000.
Rupanya ungker ini cukup terkenal dan merupakan kuliner ekstrem yang legend di daerah Blora. Bahkan pembelinya kebanyakan dari luar kota, mereka melintas jalan raya Cepu – Blora dan menepi untuk memborong ungker.
Yang sudah pernah makan, konon katanya ungker ini gurih dan enak sekali, sehingga bisa-bisa tak terasa nasi sebakul langsung habis untuk menyantap makanan khas Blora ini. Jangan salah, meskipun bentuknya seperti ulat yang bagi sebagian orang menjijikkan, kandungan protein ungker cukup tinggi, yaitu 45% dari berat kering.
Orang biasa mengonsumsi ungker dengan ditumis memakai bumbu sederhana, ini resepnya:
- Bawang merah dan bawang putih diiris halus
- Cabai hijau besar dan cabai rawit sesuai selera
- Daun kedondong muda kalau ada
- Ungker
- Garam dan penyedap secukupnya
Cara membuatnya, tumis bawang merah dan putih serta cabai sampai layu, masukkan daun kedondong muda, aduk-aduk, lalu masukkan ungker, aduk lagi sampai tercampur, tambahkan garam dan penyedap, siap dihidangkan.
Yang penasaran ingin mencoba tetapi jauh dari Blora, kini tersedia penjualan ungker online, nanti pada akhirnya ungker bisa mendunia yaâ
Blora, WISATA – Jika Anda melintasi jalan tepi hutan Cepu – Blora, akan dijumpai ibu-ibu berjualan sesuatu yang dibungkus daun jati. Mereka mulai stand by di pinggir jalan sejak pukul 13.00 siang. Yang baru sekali melewati jalur ini pasti bertanya-tanya, berjualan apa ibu-ibu tersebut. namun bagi yang sudah biasa, telah mengetahui, bahwa di dalam bungkusan daun jati tersebut terdapat ungker.
Ungker atau ada juga yang menyebut enthung adalah kepompong dari ulat jati. Ulat yang sudah cukup memakan daun jati akan memulai fase kepompongnya (pupa) dengan turun ke tanah dengan benang dan mulai membungkus dirinya dengan jaringan kepompong. Nah, kepompong atau bahasa setempatnya ungker inilah yang diburu ibu-ibu untuk dijual dengan harga cukup mahal.
Ungker jati tidak keluar setiap saat, namun hanya musim-musim tertentu. Biasanya pada pergantian musim kemarau memasuki musim penghujan, orang bisa “panen” ungker. Mereka menyebutnya musim laboh, jadi praktis hanya setahun sekali akan dijumpai penjual ungker di pinggir jalan hutan Cepu – Blora.
Pemburu ungker telah berangkat pagi-pagi sekali untuk mencari ungker. Lokasi pencariannya di dalam hutan jati, dengan radius seluas hutan jati tersebut. Seringkali ibu-ibu tersebut menghabiskan waktu hingga 3 jam untuk mencari ungker. Ungker akan menempel pada daun-daun jati yang membusuk. Satu lembar daun jati bisa saja dihuni puluhan ungker, para pencari harus cermat mengambili satu per satu. Setelah dikumpulkan, lalu dibungkus dengan daun jati baru, sebungkusnya dihargai Rp 15.000 hingga Rp 20.000.
Rupanya ungker ini cukup terkenal dan merupakan kuliner ekstrem yang legend di daerah Blora. Bahkan pembelinya kebanyakan dari luar kota, mereka melintas jalan raya Cepu – Blora dan menepi untuk memborong ungker.
Yang sudah pernah makan, konon katanya ungker ini gurih dan enak sekali, sehingga bisa-bisa tak terasa nasi sebakul langsung habis untuk menyantap makanan khas Blora ini. Jangan salah, meskipun bentuknya seperti ulat yang bagi sebagian orang menjijikkan, kandungan protein ungker cukup tinggi, yaitu 45% dari berat kering.
Orang biasa mengonsumsi ungker dengan ditumis memakai bumbu sederhana, ini resepnya:
- Bawang merah dan bawang putih diiris halus
- Cabai hijau besar dan cabai rawit sesuai selera
- Daun kedondong muda kalau ada
- Ungker
- Garam dan penyedap secukupnya
Cara membuatnya, tumis bawang merah dan putih serta cabai sampai layu, masukkan daun kedondong muda, aduk-aduk, lalu masukkan ungker, aduk lagi sampai tercampur, tambahkan garam dan penyedap, siap dihidangkan.
Yang penasaran ingin mencoba tetapi jauh dari Blora, kini tersedia penjualan ungker online, nanti pada akhirnya ungker bisa mendunia yaâ