Liburan Kekinian! Wisata Ramah Lingkungan dan Virtual Jadi Favorit Anak Muda

- Jejakpiknik
Jakarta, WISATA – Dunia pariwisata mengalami perubahan besar dalam beberapa tahun terakhir. Kini, tren liburan tidak lagi sekadar soal destinasi eksotis atau berburu foto untuk media sosial. Generasi muda Indonesia mulai menunjukkan minat tinggi pada dua jenis wisata yang sebelumnya kurang populer: wisata ramah lingkungan dan wisata virtual.
Ya, liburan kekinian kini lebih dari sekadar bersenang-senang. Anak muda masa kini mulai sadar bahwa setiap langkah yang mereka ambil berdampak langsung pada lingkungan dan masa depan planet ini. Tak heran, wisata yang mengedepankan keberlanjutan dan teknologi menjadi pilihan favorit mereka.
Wisata Ramah Lingkungan: Liburan dengan Hati Nurani
Kesadaran terhadap isu perubahan iklim dan kerusakan lingkungan semakin meresap di kalangan generasi muda. Menurut sebuah survei dari Booking.com tahun 2023, lebih dari 70% wisatawan muda Indonesia mengaku ingin memilih destinasi wisata yang mendukung pelestarian lingkungan. Ini menunjukkan pergeseran besar dalam cara berpikir soal liburan.
Eco-tourism atau wisata ramah lingkungan bukan lagi konsep asing. Destinasi seperti Ubud di Bali, Desa Wae Rebo di Nusa Tenggara Timur, hingga Taman Nasional Komodo kini menawarkan pengalaman wisata yang menjaga kelestarian alam, menghormati budaya lokal, dan memberdayakan masyarakat sekitar.
Alih-alih tinggal di hotel mewah, banyak wisatawan muda kini memilih eco-lodge atau penginapan berbasis komunitas yang menggunakan energi terbarukan, mengelola sampah dengan bijak, dan menyajikan makanan lokal organik. Selain bisa bersantai, mereka juga merasa lebih terhubung dengan alam dan budaya setempat.
“Aku lebih suka menginap di homestay milik warga lokal. Rasanya lebih autentik, dan aku tahu uang yang aku keluarkan langsung membantu ekonomi masyarakat,” ujar Nadia (25), traveler asal Jakarta.
Wisata Virtual: Petualangan dari Balik Layar
Sementara itu, tren lain yang juga makin digemari adalah wisata virtual. Didukung oleh kemajuan teknologi seperti Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR), kini orang bisa menjelajahi dunia dari rumah mereka sendiri.
Pandemi COVID-19 memang menjadi pemicu awal booming-nya wisata virtual. Namun kini, wisata jenis ini justru tumbuh sebagai alternatif permanen, terutama bagi mereka yang terbatas waktu, biaya, atau kondisi fisik.
Berbagai platform seperti Google Earth, YouTube 360, hingga aplikasi khusus seperti AirPano dan Wander, memungkinkan pengguna “mengunjungi” tempat-tempat ikonik seperti Menara Eiffel, Taj Mahal, hingga terumbu karang di Raja Ampat secara interaktif.
“Dengan VR headset, aku bisa berjalan-jalan di Jepang tanpa harus beli tiket pesawat. Serasa benar-benar ada di sana,” cerita Ilham (22), mahasiswa yang hobi eksplorasi virtual.
Menariknya, wisata virtual kini juga digunakan dalam dunia pendidikan dan promosi pariwisata. Pemerintah daerah dan pelaku industri wisata mulai membuat konten virtual untuk mengenalkan keindahan daerah mereka ke dunia, sekaligus menjangkau wisatawan global tanpa harus datang langsung.
Kombinasi Keduanya: Masa Depan Wisata Modern?
Beberapa pelaku industri pariwisata bahkan mulai menggabungkan dua tren ini dalam satu paket wisata. Contohnya, sebelum mengunjungi destinasi ramah lingkungan, wisatawan bisa “mengintip” terlebih dahulu secara virtual.
Langkah ini bukan hanya membantu perencanaan perjalanan, tapi juga memberi edukasi awal soal nilai-nilai keberlanjutan dan etika wisata. Jadi, wisatawan bisa datang dengan lebih siap dan menghormati budaya serta alam setempat.
Di sisi lain, wisata virtual juga mulai memperkenalkan konsep “wisata etis digital”. Pengunjung virtual diberi edukasi soal sejarah, budaya, hingga dampak sosial dari tempat yang mereka “kunjungi”. Ini menunjukkan bahwa meski tidak hadir secara fisik, pengalaman wisata tetap bisa sarat makna dan nilai.
Peran Media Sosial dan Influencer
Tidak bisa dimungkiri, media sosial berperan besar dalam membentuk tren wisata anak muda. Influencer yang mengangkat tema eco-travel atau pengalaman virtual memberi inspirasi sekaligus membuka cakrawala baru.
Tagar seperti #EcoTravel, #SustainableTourism, hingga #VirtualTrip mulai ramai di Instagram, TikTok, dan YouTube. Anak muda tidak hanya ingin tampil keren, tapi juga ingin dikenal sebagai traveler yang peduli.
“Sekarang yang keren itu bukan yang sering ke luar negeri, tapi yang bisa traveling tanpa merusak lingkungan,” tulis seorang pengguna Twitter yang viral karena kontennya tentang bersih-bersih pantai di Lombok.
Dukungan Pemerintah dan Inovasi Teknologi
Tren ini juga mendapat respons dari pemerintah. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah meluncurkan berbagai program untuk mendorong pariwisata berkelanjutan, termasuk pelatihan bagi pelaku wisata lokal, pengembangan desa wisata, dan promosi digital.
Di sisi teknologi, startup Indonesia mulai membuat aplikasi wisata berbasis virtual, menyediakan tur digital interaktif, serta konten edukatif yang mendalam. Ini menjadi peluang besar bagi ekonomi kreatif digital di tanah air.
“Wisata tidak lagi harus mahal atau jauh. Dengan teknologi, semua orang bisa menikmati keindahan dunia. Tinggal klik, kita bisa menjelajah,” ujar Dimas Agung, CEO startup teknologi pariwisata lokal.
Anak Muda Menjadi Penggerak Perubahan
Yang paling menarik, anak muda tidak hanya menjadi konsumen tren wisata kekinian, tapi juga motor penggeraknya. Mereka membentuk komunitas, menginisiasi gerakan bersih-bersih alam, mengangkat kearifan lokal, hingga mengembangkan konten wisata edukatif.
Bagi mereka, liburan adalah cara mengekspresikan nilai hidup. Mereka ingin dunia yang lebih lestari, inklusif, dan adil. Wisata bukan lagi soal pelarian dari rutinitas, tapi bagian dari identitas dan perjuangan.
Tren liburan kini telah bergeser ke arah yang lebih cerdas, sadar, dan bertanggung jawab. Wisata ramah lingkungan dan wisata virtual bukan hanya menjadi tren sementara, tapi mungkin akan menjadi wajah masa depan pariwisata global.
Generasi muda Indonesia dengan caranya sendiri telah membuktikan bahwa liburan tidak harus merusak bumi atau menguras dompet. Liburan kekinian adalah tentang menciptakan pengalaman yang bermakna, menjaga bumi tetap hijau, dan menjadikan teknologi sebagai jembatan menuju masa depan yang lebih baik.