Cerita Rahasia di Balik Tradisi Marbinda, Natal Ala Batak yang Penuh Kebersamaan
- Kemenparekraf
Sayangnya, tradisi seperti marbinda mulai jarang dilakukan, terutama di masyarakat perkotaan. Gaya hidup modern yang serba cepat dan individualistis membuat orang lebih sibuk dengan urusan masing-masing. Mereka cenderung mencari cara yang lebih praktis untuk merayakan Natal, sehingga tradisi seperti ini perlahan mulai ditinggalkan.
Namun, di beberapa daerah pedesaan, marbinda masih menjadi bagian penting dari perayaan Natal. Bagi masyarakat di sana, tradisi ini adalah cara untuk menjaga hubungan baik dengan tetangga dan keluarga besar.
Mengapa Tradisi Ini Harus Dijaga?
Marbinda bukan hanya tentang menyembelih hewan atau memasak makanan. Tradisi ini adalah warisan budaya yang sarat dengan nilai-nilai positif. Di tengah era modern yang serba sibuk, tradisi seperti marbinda mengingatkan kita akan pentingnya kebersamaan dan solidaritas.
Melestarikan marbinda juga berarti menjaga identitas budaya Batak. Dengan semakin sedikitnya orang yang menjalankan tradisi ini, ada risiko nilai-nilai luhur di baliknya akan hilang. Padahal, nilai-nilai ini sangat relevan di tengah kehidupan modern yang sering kali penuh tekanan dan individualisme.
Natal adalah waktu yang tepat untuk berbagi dan mempererat hubungan dengan orang-orang terdekat. Tradisi marbinda, meskipun sederhana, memiliki makna yang begitu dalam. Ritual ini mengajarkan kita bahwa kebahagiaan tidak selalu tentang kemewahan, tapi tentang kebersamaan, gotong royong, dan rasa syukur.
Jadi, jika ada kesempatan, kenapa tidak mencoba menghidupkan kembali tradisi ini? Bukan hanya untuk merayakan Natal, tapi juga untuk menjaga nilai-nilai luhur yang mungkin sudah mulai terlupakan.