JOMO sebagai Kunci Kesejahteraan: Harmoni Antara Filosofi Barat dan Tradisi Lokal

Wisata Jomo di Gunung Bromo
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Malang, WISATA - Di tengah kehidupan yang semakin sibuk dan penuh tekanan, banyak orang mencari cara untuk mencapai kesejahteraan sejati. Salah satu konsep yang kini semakin populer adalah JOMO (Joy of Missing Out), yang menawarkan alternatif untuk melawan kecemasan yang muncul akibat keinginan untuk terus mengikuti segala perkembangan dunia. Namun, JOMO tidak hanya sekadar menghindari keramaian dan hiruk-pikuk modernitas. Ketika diterapkan dalam kerangka filosofi Barat seperti Stoikisme dan tradisi lokal yang kental akan nilai-nilai kebijaksanaan, konsep ini bisa menjadi kunci untuk mencapai harmoni dalam kehidupan sehari-hari. Artikel ini akan membahas bagaimana JOMO bisa menjadi titik temu antara filosofi Barat dan tradisi lokal, untuk mencapai kesejahteraan yang lebih mendalam.

JOMO: Lebih dari Sekadar Mematikan Notifikasi

JOMO, atau "Joy of Missing Out," mengajak kita untuk merayakan kebahagiaan dengan memilih untuk tidak terlibat dalam segala bentuk kesibukan yang tidak perlu. Berbeda dengan FOMO (Fear of Missing Out) yang menciptakan perasaan cemas ketika seseorang merasa tertinggal, JOMO justru menekankan kebahagiaan yang datang dari memilih untuk melewatkan berbagai aktivitas sosial atau digital yang tidak memberi dampak positif bagi kehidupan pribadi. Praktik ini memberikan kita ruang untuk menikmati momen-momen sederhana, seperti waktu berkualitas dengan keluarga, waktu untuk diri sendiri, atau sekadar menikmati alam.

Namun, JOMO bukan sekadar memutuskan untuk tidak mengikuti tren atau berhenti menggunakan media sosial. Lebih dari itu, JOMO mengajarkan kita untuk menyadari bahwa kebahagiaan sejati tidak datang dari keinginan untuk memiliki lebih banyak atau mengikuti apa yang sedang populer. JOMO mengajak kita untuk berhenti sejenak, menarik diri dari kebisingan eksternal, dan menemukan kedamaian dalam kehidupan yang lebih sederhana.

Stoikisme: Ketenangan yang Diperoleh Melalui Pengendalian Diri

Stoikisme adalah filosofi yang muncul di Yunani pada abad ke-3 SM dan diajarkan oleh filsuf seperti Zeno dan Epictetus. Filosofi ini mengajarkan bahwa kebahagiaan tidak tergantung pada faktor eksternal, melainkan pada pengendalian diri dan bagaimana kita merespons peristiwa-peristiwa dalam hidup. Dalam Stoikisme, ada konsep "apatheia" atau ketenangan batin yang dicapai dengan mengendalikan hasrat dan emosi kita terhadap peristiwa yang tidak dapat kita kontrol.

Ketika dipadukan dengan JOMO, Stoikisme memperkuat ide bahwa kebahagiaan sejati berasal dari dalam diri, bukan dari pengejaran dunia luar yang tiada habisnya. Stoikisme mengajarkan kita untuk menerima kenyataan bahwa banyak hal dalam hidup berada di luar kendali kita, dan fokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan, seperti pikiran dan reaksi kita terhadap dunia. Dengan mengintegrasikan Stoikisme ke dalam praktik JOMO, kita dapat lebih mudah menikmati ketenangan batin dengan mengurangi kecemasan terhadap dunia luar yang terus berubah.

Tradisi Lokal: Kearifan yang Menuntun ke Kehidupan Seimbang

Selain filosofi Barat, tradisi lokal di Indonesia memiliki banyak kearifan yang mengajarkan kita untuk hidup seimbang dengan alam dan sesama. Konsep-konsep seperti gotong royong, rukun, dan santun menjadi bagian dari nilai-nilai yang sangat dijunjung tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam tradisi lokal, kesejahteraan tidak hanya diukur dari pencapaian materi, tetapi juga dari keharmonisan dalam hubungan sosial dan kedamaian batin.

Kearifan lokal juga mengajarkan pentingnya waktu untuk diri sendiri dan keluarga, serta menghargai waktu-waktu sederhana seperti berkumpul bersama orang tercinta atau menikmati alam. Ini sangat sejalan dengan prinsip-prinsip JOMO, yang mengajak kita untuk lebih memperhatikan kualitas hidup daripada kuantitas aktivitas. Dengan menghormati kearifan lokal, kita bisa memperdalam praktik JOMO dengan lebih fokus pada nilai-nilai yang menyeimbangkan antara kebutuhan pribadi dan hubungan sosial.

Harmoni Antara JOMO, Stoikisme, dan Tradisi Lokal

Ketiga elemen ini—JOMO, Stoikisme, dan tradisi lokal—dapat saling melengkapi untuk menciptakan kehidupan yang lebih seimbang dan bahagia. Berikut beberapa cara mengintegrasikan ketiganya dalam kehidupan sehari-hari:

1. Mengutamakan Keseimbangan dalam Kehidupan Sosial

Di tengah dunia yang semakin sibuk, kita sering terjebak dalam kecemasan untuk terus mengikuti perkembangan zaman dan terlibat dalam banyak kegiatan sosial. JOMO mengajarkan kita untuk tidak terjebak dalam tekanan sosial ini, sementara Stoikisme mengingatkan kita bahwa kebahagiaan datang dari dalam diri. Tradisi lokal, dengan nilai gotong royong-nya, mengajarkan pentingnya hubungan sosial yang sehat dan harmonis. Mengutamakan hubungan yang bermanfaat dan positif bisa membantu kita menciptakan keseimbangan dalam hidup.

2. Menghargai Waktu untuk Diri Sendiri

Praktik JOMO mengajarkan kita untuk meluangkan waktu untuk diri sendiri, tanpa merasa tertekan untuk mengikuti setiap tren atau kegiatan sosial. Ini juga menjadi prinsip Stoikisme yang mendorong kita untuk fokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan dan menerima ketidakpastian dunia. Di sisi lain, tradisi lokal mengajarkan pentingnya momen berkualitas bersama keluarga dan komunitas. Menemukan keseimbangan antara waktu untuk diri sendiri dan hubungan dengan orang lain adalah kunci untuk menciptakan kesejahteraan yang sesungguhnya.

3. Menerima Ketidakpastian dan Menjaga Ketenangan

Stoikisme mengajarkan kita untuk menerima kenyataan bahwa banyak hal dalam hidup di luar kendali kita. Prinsip ini bisa diterapkan dalam praktik JOMO, di mana kita belajar untuk melepaskan diri dari kecemasan yang tidak perlu dan lebih fokus pada hal-hal yang lebih mendalam. Di sisi lain, kearifan lokal mengajarkan kita untuk bersyukur dengan apa yang ada dan hidup dalam harmoni dengan alam. Dengan menerima ketidakpastian dan menjaga ketenangan batin, kita dapat menjalani kehidupan dengan lebih damai.

Manfaat JOMO sebagai Kunci Kesejahteraan

Dengan mengintegrasikan JOMO, Stoikisme, dan tradisi lokal, kita dapat meraih beberapa manfaat penting, antara lain:

  • Mengurangi Stres: Dengan menghindari keterlibatan dalam kegiatan yang tidak perlu, kita dapat mengurangi tekanan hidup yang datang dari tuntutan sosial.
  • Ketenangan Batin: Stoikisme mengajarkan kita untuk lebih fokus pada pengendalian diri, sementara JOMO membantu kita menciptakan ruang untuk ketenangan.
  • Kehidupan yang Lebih Bermakna: Dengan menghargai kearifan lokal dan menemukan kebahagiaan dalam hal-hal sederhana, kita dapat menjalani hidup yang lebih penuh makna.

Di tengah dunia yang serba cepat dan penuh tekanan, JOMO menawarkan cara untuk melepaskan diri dari kecemasan dan mencapai kesejahteraan yang lebih mendalam. Ketika dipadukan dengan filosofi Stoikisme dan kearifan lokal, JOMO menjadi sebuah kunci untuk hidup yang lebih seimbang, tenang, dan bermakna. Melalui kesadaran untuk memilih kualitas hidup daripada kuantitas, kita bisa menemukan kebahagiaan sejati dalam kehidupan yang sederhana namun penuh makna.