JOMO Sebagai Solusi Stoik untuk Keseimbangan Hidup dengan Sentuhan Etnaprana
- Image creator Bing/Handoko
Malang, WISATA - Di tengah era digital yang serba cepat, di mana notifikasi, tuntutan pekerjaan, dan ekspektasi sosial tak henti-henti mengejar, muncul kebutuhan mendesak untuk menemukan keseimbangan. Dalam konteks ini, konsep JOMO (Joy of Missing Out) menjadi angin segar. Berbeda dengan FOMO (Fear of Missing Out), JOMO mengajarkan kita untuk menikmati hidup tanpa terganggu oleh tekanan eksternal.
Ketika JOMO dipadukan dengan filosofi Stoikisme yang menawarkan ketenangan batin serta nilai-nilai lokal Etnaprana, solusi ini menjadi panduan untuk menjalani hidup yang lebih damai, selaras dengan diri sendiri dan lingkungan.
JOMO: Kebahagiaan Melepaskan Diri dari Tekanan Dunia
JOMO mengajarkan kita untuk menemukan kebahagiaan dalam kesederhanaan, melepaskan diri dari tekanan sosial untuk "selalu hadir" atau mengikuti tren. Dalam praktiknya, JOMO dapat diwujudkan dengan membatasi penggunaan media sosial, memberikan ruang bagi refleksi diri, atau memilih untuk menikmati waktu sendiri tanpa rasa bersalah.
Namun, untuk mengadopsi JOMO dengan cara yang benar-benar bermakna, perlu dipadukan dengan filosofi yang lebih mendalam. Di sinilah Stoikisme dan Etnaprana menjadi pelengkap yang sempurna.
Stoikisme: Ketangguhan dan Ketenangan Batin
Filosofi Stoikisme, yang berasal dari Yunani kuno, menawarkan panduan hidup untuk menghadapi tantangan tanpa kehilangan kedamaian batin. Prinsip-prinsip Stoikisme meliputi: