BANYUWANGI: Gelar Bubak Bumi, Tradisi Petani Saat Sambut Awal Musim Tanam

Tradisi Bubak Bumi di Banyuwangi, Jawa Timur
Sumber :
  • banyuwangikab.go.id

Banyuwangi, WISATA – Petani di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur menggelar tradisi Bubak Bumi pada hari Senin (20/9/2024).

Tradisi Bubak Bumi adalah sebuah ritual doa bersama menyambut datangnya awal musim tanam, di Dam Karangdoro, Kecamatan Tegalsari, Banyuwangi.

Selain memohon doa untuk kelancaran pertanian, tradisi ini juga digelar sebagai cara memupuk keguyuban dan persaudaraan petani.

Kali ini, tradisi Bubak Bumi diikuti 275 petani yang tergabung dalam Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) se-Banyuwangi.

Pada tradisi ini, para petani membawa bekal makanan berupa tumpeng untuk disantap bersama usai pembacaan doa.

“Bubak Bumi adalah tradisinya para petani saat memulai masa tanam. Tidak hanya dilakukan di Dam besar seperti Dam Karangdoro ini, tapi petani di Dam-Dam kecil juga ikut melakukannya,” kata Pj. Sekretaris Daerah (Sekda) Banyuwangi, Guntur Priambodo.

Guntur mengatakan, Tradisi Bubak Bumi ini dipusatkan di Dam Karangdoro, karena dam ini merupakan dam terbesar di Banyuwangi.

Dam ini mampu mengairi 16.165 hektar sawah di 9 kecamatan di Banyuwangi, yaitu Tegalsari, Bangorejo, Pesanggaran, Siliragung, Cluring, Purwoharjo, Muncar, Gambiran dan Tegaldlimo.

“Dam Karangdoro ini melayani kebutuhan air bagi pertanian di sembilan wilayah tersebut agar produktivitasnya terus meningkat. Karenanya, keberadaaan dam ini sangat vital maka perlu kita jaga bersama debit airnya maupun kebersihannya,” ujar Guntur.

Pada kesempatan itu, Guntur juga menyampaikan sejarah berdirinya Dam Karangdoro.

"Dam ini dibangun pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1921. Namun meski dibangun pemerintah Hindia Belanda, tapi pimpinan proyeknya adalah orang Indonesia asli, Ir. Sutedjo," ungkap Guntur.

Sempat terjadi bencana banjir pada tahun 1929 yang menyebabkan kerusakan di Dam Karangdoro hingga dikenang sebagai “Belabur Senin Legi”.

Pembangunan kembali dam tersebut, dilaksankan pada tahun 1935 dan diresmikan pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1942.

“Bencana banjir tersebut sebagai salah satu awal dilakukannya Ritual Bubak Bumi dan digelar pada hari Senin. Untuk memohon kelancaran pertanian dan terhindar dari bencana serupa,” terang Guntur.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum (PU) Pengairan, Riza Al Fahrobi mengatakan, dam atau Bendung Karangdoro adalah sungai yang mampu mengairi baku sawah terbesar di Banyuwangi dan Jawa Timur.

“Baku sawah yang dilayani Dam Karangdoro ini terbesar di Banyuwangi dan Jawa Timur, luasnya capai 16.165 hektar. Operasional dan pemeliharaannya digarap bareng Dinas PU Pengairan Banyuwangi, Balai Besar Brantas, dan Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air (PUSDA) wilayah Sungai Sampean Baru, karena Dam Karangdoro juga merupakan kewenangan pemerintah pusat,” ujar Reza.

Rital selanjutnya, dilakukan prosesi menuangkan dawet ke sungai sebagai harapan agar air melimpah ruah dan alirannya bisa menyuburkan pertanian.

Para petani, kemudian bersama-sama menikmati makan tumpeng sebanyak 100 tumpeng sebagai tanda syukur kepada Sang Pencipta.

(Sumber: banyuwangikab.go.id)