PENARI PENJAGA NEGERI: Sambut Hari Kebaya Nasional, Gelar Tari Bersama dan Wisata Sejarah Berkebaya
- Sendang Wangi
Jakarta, WISATA – Euforia menyambut Hari Kebaya Nasional Pertama yang ditetapkan Pemerintah tanggal 24 Juli, mendorong berbagai komunitas Kebaya bersemangat melakukan aneka kegiatan.
Penari Penjaga Negeri (PPN) pun, turut berpartisipasi menggelar kegiatan tersebut.
Komunitas yang kerap menggelar berbagai kegiatan terkait seni budaya, khususnya tari Nusantara ini, berupaya mengadakan kegiatan yang memiliki nilai tambah bagi masyarakat, seperti sesi diskusi Menari bagi Pengembangan diri, latihan menari yang menekankan keberagaman dan inklusi untuk anak SD & anak berkebutuhan khusus (ABK), workshop topeng Batik.
Kali ini, untuk menyambut Hari Kebaya Nasional yang pertama ini, selain menari bersama dan berkebaya, PPN juga menggelar wisata sejarah, bekerjasama dengan Sahabat Heritage Indonesia (SHI).
Mereka mengunjungi Taman Lapangan Banteng dan gedung bersejarah Kementerian Keuangan RI yaitu Gedung Jusuf Anwar dan Gedung AA. Maramis.
Kegiatan ini mengusung tema “Pesona Kebaya, Tari Nusantara dan Wisata Sejarah.”
Sendang Wangi, selaku pendiri dan ketua Penari Penjaga Negeri menyatakan, kegiatan ini dilakukan, karena PPN ingin memberikan banyak manfaat kepada para peserta.
“Selain upaya melestarikan kebaya dan memberikan semangat untuk terus menari tarian Nusantara, kami ingin, peserta memahami sejarah Indonesia dan memiliki dokumentasi foto berkebaya di tempat yang indah warisan yang menjadi peninggalan generasi masa lalu,” ujar Sendang Wangi.
Praktisi Sumber Daya Manusia dan pegiat budaya ini menambahkan, titik kumpul peserta dipilih di Lapangan Banteng, karena Lapangan Banteng adalah sebuah tempat yang memiliki sejarah panjang, sejak bernama Waterlooplein di era kolonial yang memang difungsikan sebagai tempat berkumpulnya beragam kegiatan.
“Tempat fenomenal yang telah mengalami beragam perubahan fungsi ini, juga memuat monumen pembebasan Irian Barat (sekarang Papua – red.),” imbuh Sendang.
Di titik kumpul ini, 50 peserta Pesona Kebaya, Tari Nusantara dan Wisata Sejarah memulai kegiatan dengan doa, menyanyikan bersama lagu kebangsaan Indonesia Raya dan perkenalan singkat tim Sahabat Heritage Indonesia (SHI), yang bakal memandu narasi sejarah.
Pendiri SHI, Anugrah Pratama menyampaikan kesamaan visi antara SHI dengan PPN, yang bertujuan untuk meningkatkan rasa cinta dan bangga terhadap bangsa Indonesia, baik melalui sejarah dan heritagenya (SHI) ataupun melalui tarian yang ditarikan sepenuh hati (PPN).
“Tari, juga salah satu dari warisan budaya (heritage – red.) yang sifatnya tak benda. Kegiatan di lapangan Banteng berupa suguhan penampilan dua tarian dari peserta pelatihan gratis Penari Penjaga Negeri yang didukung penuh oleh Srikandi Budaya Nusantara (SBN) dan asuhan guru tari dan pengurus PPN yaitu Tantri Wu,” ungkap Anugrah.
Tari Pelajar Pancasila yang menceritakan ajakan kepada generasi muda untuk mengamalkan Pancasila, ditampilkan oleh peserta pelatihan kelas anak SD, anak berkebutuhan khusus.
Sedangkan Beksan Nawung Sekar – tari gaya Yogyakarta, ditarikan oleh peserta dari kelas remaja putri dan dewasa.
Selain ke dua tarian tersebut, seluruh peserta Pesona Kebaya, Tari Nusantara dan Wisata Sejarah menarikan Tari Sirih Kuning, sebuah tari daerah Betawi. Momen ini dilakukan, karena masih dalam suasana peringatan Hari Ulang Tahun Kota Jakarta ke-497.
Setelah berkumpul dan menari di Lapangan Banteng, peserta kemudian mengunjungi Gedung Jusuf Anwar dan Gedung AA Maramis.
Di kedua gedung tersebut, peserta melakukan kunjungan, observasi bangunan heritage, berfoto bersama dan mengambil video, tentu dengan pakaian kebaya.
Selama menjelajahi Gedung Jusuf Anwar dan gedung AA. Maramis, peserta dipandu oleh tim SHI yaitu Dwi, Adi dan Lilik berserta perwakilan dari Kementerian Keuangan.
Tak lupa, pemaparan sejarah dan konteks tentang lapangan Banteng dan sekitarnya, dipaparkan oleh Vidi Nurcholis, salah satu perdiri dan perwakilan SHI, yang memiliki ketertarikan dan peminatan terhadap sejarah Batavia di era kolonial.
Banyak hal yang dibahas dari perspektif sejarah, mulai dari perubahan peruntukan kawasan lapangan Banteng di masa lalu, perubahan aspirasi para penguasa di setiap jaman terkait dengan pembangunan kawasan dan gedung dan berbagai pemahaman mengenai istilah-istilah pada masa lampau.
Para peserta menyimak dengan seksama dan mengambil hikmah dari pemaparan yang dilakukan karena juga membahas tentang motif, konteks, ataupun alasan para pelaku sejarah saat itu, sehingga terjadilah rentetan kejadian sejarah.
Melalui kegiatan observasi bangunan dan pemaparan sejarah ini, diharapkan para peserta tidak hanya semakin mencintai dan menghargai pakaian kebaya yang dikenakannya, namun juga menghargai nilai-nilai sejarah yang ada di Gedung AA Maramis dan Jusuf Anwar.
Dengan demikian, akan terbangun rasa memiliki dan turut melestarikan kedua Gedung tersebut.
Acara berlangsung dengan gembira dan lancar, walau sempat diguyur hujan deras. “Panitia serius mempersiapkan diri untuk pelaksanaan acara ini. Kami melakukan survei lokasi sampai dua kali, dan memikirkan beberapa skenario jika kondisi hujan,” ujar Shinta yang memandu acara ini.
“Panitia bahkan memantau tiga situs ramalan cuaca, termasuk BMKG,” imbuh Rini, salah satu panitia dan pegiat Kebaya.
Meski akhirnya berjalan lancar, sempat muncul keraguan.
“Awalnya saya ragu mengadakan kegiatan ini, apakah ada peminatnya. Ternyata, saat pendaftaran dibuka, hanya dalam waktu 2 hari, kuota peserta 50 orang terpenuhi. Padahal informasi kegiatan ini hanya dibuka di grup Penari Penjaga Negeri. Kami senang sekali format acara ini ternyata diminati,” tutur Sendang Wangi.
Sementara itu, Henni, anggota tim Penari Penjaga Negeri mengakui, banyak sahabat di luar Penari Penjaga Negeri yang sebenarnya ingin mengikuti kegiatan ini, namun terbentur jumlah kuota yang terbatas.
Tidak hanya mengenakan kebaya saja, pada tahun ini, dukungan komunitas Penari Penjaga Negeri dalam menyambut Hari Kebaya Nasional, juga diwujudkan dalam melestarikan tarian Nusantara, sekaligus memberikan wawasan kepada peserta Pesona Kebaya, Tari Nusantara dan Wisata Sejarah, tentang sejarah dan kecintaan akan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Hal ini, sesuai tagline Komunitas Penari Penjaga Negeri yaitu “Menjaga Negeri Dengan Menari Sepenuh Hati.”