Kain Sulam Karawo Salah Satu Produk Seni Budaya yang Tampil di Gorontalo Karnaval Karawo
- IG/dispar_gorontaloprov
Gorontalo, WISATA – Gorontalo Karnaval Karawo (GKK) adalah acara yang menampilkan kekayaan budaya dan pariwisata Gorontalo melalui kain sulam karawo yang unik. Pada tahun 2024 ini sebanyak 50 kontingen berpartisipasi dalam GKK tersebut. Jumlah ini meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya.
Setiap kontingen menampilkan ragam jenis dan bentuk karawo yang unik dan estetik. Karawo adalah kain tradisional khas Gorontalo yang dibuat dari hasil kerajinan tangan. Tak ada kain karawo yang bukan hasil kerajinan tangan. Sejarah awal mula seni karawo atau membuat kain kerawang di Gorontalo sudah ada sejak 1600-an, jauh sebelum Belanda berkuasa di wilayah tersebut, tepatnya pada tahun 1889. Kerajinan ini muncul dari kreativitas wanita di Gorontalo untuk mengisi waktu luang. Dari yang awalnya hanya dikerjakan sebagai pekerjaan sampingan, kerajinan karawo berkembang secara dinamis dari waktu ke waktu.
Karawo merupakan Bahasa Gorontalo yang artinya sulaman tangan. Motif Karawo bervariasi, dan keterampilan membuat seni karawo hanya dikuasai oleh kaum wanita yang diwariskan secara turun-temurun sejak zaman Kerajaan di Gorontalo. Motif-motif tersebut diantaranya adalah : Motif Pohon Pinang yang melambangkan sifat lurus, pemomong, dan jujur. Motif Mahkota mempunyai arti berguna bagi orang lain, kemudian ada Motif Buaya yang mengandung makna hukum dan nasehat. Selanjutnya Motif Tali atau Simpul yang merupakan simbol persaudaraan.
Selain memperkenalkan kain karawo, acara GKK juga bertujuan untuk mempromosikan pariwisata dan ekonomi kreatif daerah. Gorontalo memiliki keunikan lokal dan keramahan masyarakat yang membedakannya dari daerah lain.
GKK tahun ini digelar selama tiga hari, mulai dari 21 hingga 23 Juni 2024. Acara melibatkan berbagai kegiatan, termasuk Festival Kuliner Nusantara, Expo Produk Ekonomi Kreatif, Karawo Kids and Teen Fashion Show, dan Festival Musik Kreatif. Peserta pada GKK tahun ini berasal dari berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD), instansi vertikal, BUMN, perguruan tinggi, hingga masyarakat umum. Beberapa di antaranya berasal dari luar daerah, seperti Yogyakarta, Jawa Timur, Papua Barat, dan Sumatera Selatan.