Beban Berat Kelas Menengah Indonesia: Pungutan, Pajak, sampai Kesulitan Pekerjaan

Stres
Sumber :
  • Pexels

Di sisi lain, dunia kerja juga tidak memberikan banyak kemudahan bagi kelas menengah. Tingkat persaingan yang semakin ketat, serta tuntutan untuk terus meningkatkan keterampilan dan kualifikasi, membuat banyak pekerja kelas menengah merasa tertekan. Survei dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa tingkat pengangguran terbuka untuk lulusan sarjana masih berada di angka yang cukup tinggi, yakni sekitar 5,73% pada 2022. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pendidikan tinggi, mendapatkan pekerjaan yang layak tidaklah mudah.

Tekanan Finansial dan Kualitas Hidup

Tekanan finansial yang dihadapi kelas menengah tidak hanya berdampak pada ekonomi mereka, tetapi juga pada kualitas hidup. Banyak dari mereka harus bekerja lebih keras dan lebih lama untuk mempertahankan standar hidup yang layak. Hal ini sering kali mengorbankan waktu untuk keluarga dan kesehatan.

Studi dari OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) menunjukkan bahwa tingkat stres dan kecemasan di kalangan kelas menengah di negara berkembang termasuk Indonesia, meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Ini disebabkan oleh tekanan finansial dan ketidakpastian ekonomi.

Solusi dan Harapan

Lalu, apa yang bisa dilakukan untuk meringankan beban kelas menengah ini? Pertama, diperlukan reformasi pajak yang lebih adil. Pajak progresif yang lebih menitikberatkan pada mereka yang benar-benar mampu, serta penghapusan pungutan-pungutan yang tidak perlu, dapat meringankan beban kelas menengah.

Kedua, pemerintah perlu meningkatkan kualitas layanan publik agar masyarakat merasa pajak yang mereka bayar sepadan dengan manfaat yang diterima. Pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur adalah tiga sektor yang harus menjadi prioritas.