Mengapa Plato Menolak untuk Terlibat Secara Langsung dalam Politik Praktis: Berikut Penjelasannya

Plato (ilustrasi)
Sumber :
  • Image creator Bing/ Handoko

 Malang, WISATA - Plato, salah satu filsuf Yunani kuno yang paling berpengaruh dalam sejarah, menolak untuk terlibat secara langsung dalam politik praktis meskipun memiliki kesempatan untuk melakukannya. Keputusannya ini telah menimbulkan banyak pertanyaan dan penafsiran dari para sejarawan dan ahli filsafat. Dalam artikel ini, kita akan menjelaskan mengapa Plato memilih untuk tidak terlibat langsung dalam politik praktis.

1. Kritik terhadap Sistem Politik Athen

Salah satu alasan utama Plato menolak politik praktis adalah kritiknya terhadap sistem politik Athen pada masanya. Plato hidup dalam periode di mana demokrasi Athen berkembang pesat, tetapi dia merasa bahwa demokrasi ini tidak stabil dan rentan terhadap mobilitas massa dan keputusan impulsif. Dia menganggap bahwa keputusan politik yang dibuat oleh mayoritas sering kali tidak bijaksana dan dapat merugikan masyarakat secara keseluruhan.

2. Ketidakpercayaan terhadap Politikus Profesional

Plato juga memiliki ketidakpercayaan terhadap politikus profesional yang menjalankan pemerintahan pada masanya. Dia menganggap bahwa banyak politikus hanya mencari keuntungan pribadi atau kekuasaan, bukan kepentingan umum atau kesejahteraan masyarakat. Plato memandang bahwa kebanyakan politikus tidak memiliki pengetahuan, kebijaksanaan, atau moralitas yang diperlukan untuk memimpin dengan baik.

3. Ketidaksetujuan terhadap Penyelenggaraan Negara

Selain itu, Plato merasa bahwa penyelenggaraan negara dan politik pada masanya tidak memadai untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. Dia percaya bahwa negara ideal harus dipimpin oleh orang-orang yang memiliki pengetahuan, kebijaksanaan, dan keadilan yang tinggi, seperti king filsuf atau filsuf-raja. Plato menolak untuk terlibat dalam politik praktis karena dia tidak melihat adanya orang yang memenuhi kualifikasi tersebut di dunia nyata.

4. Fokus pada Pendidikan dan Penyelidikan Intelektual

Sebagai gantinya, Plato memilih untuk fokus pada pendidikan dan penyelidikan intelektual. Dia mendirikan Akademi di Athena, sebuah institusi pendidikan yang terkenal, di mana dia mengajarkan filsafat kepada para muridnya. Plato percaya bahwa melalui pendidikan, manusia dapat mencapai kebijaksanaan dan pengetahuan yang diperlukan untuk memperbaiki masyarakat. Dia meyakini bahwa melalui pembentukan pemikiran dan karakter individu, perubahan yang nyata dalam masyarakat dapat terjadi.

5. Visi tentang Negara Ideal

Terakhir, Plato memiliki visi tentang negara ideal yang dipimpin oleh king filsuf atau filsuf-raja. Dalam karyanya yang terkenal, "Republik", Plato menguraikan struktur dan prinsip-prinsip negara ideal yang dipimpin oleh orang-orang yang bijaksana dan berkeadilan. Bagi Plato, negara ideal adalah negara di mana keadilan dan kebijaksanaan menjadi panduan utama dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Plato menolak untuk terlibat secara langsung dalam politik praktis karena kritiknya terhadap sistem politik yang ada, ketidakpercayaannya terhadap politikus profesional, ketidaksetujuannya terhadap penyelenggaraan negara, fokusnya pada pendidikan dan penyelidikan intelektual, serta visinya tentang negara ideal. Meskipun keputusannya ini telah menjadi subjek debat dan interpretasi yang luas, warisan intelektualnya tetap menjadi sumber inspirasi bagi banyak filsuf dan pemikir politik hingga saat ini.