Seneca: Ukuran Kekayaan Bukan Soal Banyak, Tapi Tahu Kapan Cukup

Seneca
Seneca
Sumber :
  • Cuplikan layar

Namun yang esensial juga bisa lebih dari fisik: ketenangan batin, hubungan yang bermakna, waktu untuk merenung, dan makna dalam pekerjaan. Banyak orang mengejar kekayaan demi status sosial, bukan kebutuhan. Dan di sinilah letak kesalahan besar: mereka memperjuangkan hal-hal yang sebenarnya bukan kebutuhan, tapi keinginan yang dibungkus sebagai kebutuhan.

Seni Merasa Cukup: Kunci Hidup Damai

Yang kedua, having enough, adalah kunci dari kedamaian hidup. Ketika seseorang mampu berkata “ini sudah cukup”, maka ia membebaskan dirinya dari penderitaan batin. Ia tidak lagi diperbudak oleh keinginan tanpa ujung. Ia bisa menikmati apa yang sudah dimiliki, bukan terus membandingkan dirinya dengan orang lain.

Perasaan cukup tidak datang dari luar, melainkan dari dalam. Orang bisa hidup sederhana namun merasa utuh dan kaya, sementara yang lain bisa dikelilingi kemewahan namun tetap merasa kurang. Itulah mengapa Seneca mengajarkan bahwa kekayaan sejati adalah soal sikap, bukan saldo rekening.

Dampak Sosial dari Ketamakan

Ketika banyak orang hidup tanpa tahu kapan cukup, masyarakat pun terdampak. Kompetisi menjadi toksik. Ketimpangan melebar. Kriminalitas dan kecemasan meningkat. Orang mulai melakukan apa saja demi “lebih”—mengorbankan waktu dengan keluarga, integritas, bahkan kesehatan mental.

Filsafat Seneca tidak hanya relevan secara pribadi, tetapi juga menyentuh keadilan sosial. Jika lebih banyak orang tahu batas yang sehat terhadap kekayaan, maka kesenjangan bisa ditekan, dan distribusi sumber daya bisa lebih adil.