René Descartes dan Metode Keraguan: Kunci Menuju Kebenaran

René Descartes:
René Descartes:
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Malang, WISATA – Dalam sejarah filsafat, René Descartes dikenang bukan hanya karena frasa terkenalnya Cogito ergo sum (Aku berpikir, maka aku ada), tetapi juga karena konsep radikal yang mendasari seluruh sistem pemikirannya: metode keraguan. Gagasan ini menjadi revolusi besar dalam cara manusia memahami kebenaran dan merupakan landasan utama dari filsafat modern. Melalui pendekatan ini, Descartes mengajarkan bahwa untuk menemukan kepastian, kita harus terlebih dahulu meragukan segala sesuatu yang bisa diragukan.

 

Awal Mula: Menggugat Pengetahuan Tradisional

Pada abad ke-17, Descartes hidup di masa ketika otoritas agama dan pemikiran skolastik mendominasi dunia intelektual. Pengetahuan banyak didasarkan pada dogma, tradisi, dan teks suci tanpa proses verifikasi rasional. Descartes merasa ada yang salah dengan fondasi pengetahuan semacam ini.

Dalam karya terkenalnya Discourse on the Method (1637), ia menulis bahwa banyak dari hal-hal yang kita yakini ternyata tidak memiliki dasar yang pasti. Oleh karena itu, menurut Descartes, kita harus menghancurkan bangunan pengetahuan lama dan membangunnya kembali dari awal, dimulai dari sesuatu yang benar-benar tak dapat diragukan.

 

Esensi Metode Keraguan: Meruntuhkan untuk Membangun

Metode keraguan Descartes (methodic doubt) bukanlah bentuk skeptisisme total, tetapi strategi untuk mencari dasar yang benar-benar pasti bagi pengetahuan. Ia menolak menerima sesuatu sebagai benar hanya karena:

  • Diwariskan oleh tradisi
  • Diterima oleh mayoritas
  • Dipercaya oleh tokoh otoritatif
  • Terlihat “nyata” oleh pancaindra

Karena indra dapat menipu, dan otoritas bisa keliru, Descartes memutuskan untuk meragukan semua hal secara sistematis, hingga ia menemukan satu hal yang tak mungkin diragukan, yaitu: kesadaran bahwa dirinya sedang berpikir.

Inilah fondasi utama dari sistem filsafatnya: “Aku berpikir, maka aku ada”. Sebuah kebenaran yang tidak bergantung pada apa pun selain akal dan kesadaran itu sendiri.

 

Langkah-Langkah Metode Keraguan

Dalam penerapannya, metode keraguan Descartes mencakup empat langkah utama:

1.     Jangan menerima apa pun sebagai benar kecuali hal itu benar-benar jelas dan tak terbantahkan.

2.     Pecah setiap masalah menjadi bagian-bagian kecil agar lebih mudah dianalisis.

3.     Urutkan pikiran dari yang paling sederhana ke yang lebih kompleks.

4.     Lakukan tinjauan ulang menyeluruh agar tidak ada bagian yang terlewat.

Dengan pendekatan ini, Descartes tidak hanya meletakkan dasar bagi filsafat modern, tetapi juga memengaruhi perkembangan metode ilmiah yang rasional, sistematis, dan dapat diuji.

 

Keraguan sebagai Jalan Menuju Kepastian

Dalam filsafat sebelum Descartes, kebenaran sering dianggap sudah pasti berdasarkan iman atau otoritas luar. Descartes datang dengan pendekatan sebaliknya: mulailah dari nol, dan bangun segalanya dengan akal.

Keraguan yang digunakan Descartes bukan berarti menolak segalanya, tetapi sebagai alat untuk menyaring mana yang layak diyakini dan mana yang harus ditolak. Dengan menyaring pengetahuan melalui keraguan, manusia dapat menemukan kepastian yang murni—yang lahir dari dalam dirinya sendiri.

 

Relevansi Metode Keraguan di Era Modern

Di era informasi seperti sekarang, manusia dihadapkan pada banjir data dan opini yang tidak selalu akurat. Media sosial, kecerdasan buatan, hingga algoritma pencarian sering membentuk realitas buatan yang mengaburkan fakta.

Dalam konteks ini, metode keraguan Descartes menjadi sangat relevan. Kita diajak untuk:

  • Tidak langsung percaya pada informasi yang beredar
  • Menguji sumber, logika, dan validitas data
  • Berpikir kritis sebelum mengambil kesimpulan

Keraguan di sini bukan berarti sinis atau tidak percaya, tetapi sebagai sikap ilmiah dan filosofis untuk menyaring informasi dan menemukan kebenaran sejati.

 

Warisan Besar bagi Ilmu dan Filsafat

Berkat metode keraguan, Descartes meletakkan dasar bagi:

  • Epistemologi modern (teori pengetahuan)
  • Metode ilmiah deduktif
  • Rasionalisme sebagai fondasi pemikiran barat
  • Etika berpikir kritis dan otonomi intelektual

Pemikiran ini memengaruhi tokoh-tokoh besar setelahnya seperti Spinoza, Leibniz, Kant, hingga ilmuwan seperti Newton dan Einstein. Bahkan dalam dunia teknologi dan AI (Artificial Intelligence), pemisahan antara pikiran dan tubuh (dualisme Cartesian) masih menjadi topik penting dalam perdebatan tentang kesadaran dan kecerdasan buatan.

 

Kritik terhadap Metode Keraguan

Meski begitu, metode keraguan Descartes juga mendapat kritik, terutama dari kalangan empiris yang percaya bahwa pengalaman indrawi justru menjadi dasar utama pengetahuan.

Tokoh seperti David Hume menilai bahwa keraguan Descartes terlalu ekstrem dan dapat mengarah pada nihilisme. Sementara filsuf kontemporer menyebut bahwa kesadaran pun bisa “dibangun” oleh konteks sosial dan bahasa, bukan hanya oleh logika individual.

Namun, justru perdebatan inilah yang membuktikan signifikansi pemikiran Descartes. Tanpa metode keraguannya, filsafat tidak akan berkembang menjadi ruang diskusi intelektual yang rasional dan progresif seperti sekarang.

 

Kesimpulan: Keraguan adalah Cahaya Penuntun

René Descartes membuktikan bahwa keraguan bukanlah musuh dari kebenaran, tetapi kunci untuk mencapainya. Dengan meragukan, manusia justru bisa membangun keyakinan yang lebih kuat, lebih logis, dan lebih bermakna.

Warisan metode keraguannya menjadi panduan penting bagi siapa saja yang ingin mencari pengetahuan dengan serius, bukan berdasarkan kepercayaan membabi buta, tetapi melalui proses refleksi mendalam, logika yang jernih, dan keberanian intelektual.