Mengapa René Descartes Dijuluki Bapak Filsafat Modern? Ini Penjelasannya

René Descartes:
René Descartes:
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Malang, WISATA – Tak banyak tokoh dalam sejarah pemikiran dunia yang mendapat julukan setinggi Bapak Filsafat Modern seperti René Descartes. Filsuf dan ilmuwan asal Prancis ini bukan hanya mengubah arah perkembangan filsafat, tetapi juga meletakkan fondasi baru bagi ilmu pengetahuan dan cara berpikir manusia. Lantas, apa sebenarnya yang membuat Descartes begitu istimewa dan layak menyandang gelar tersebut?

 

1. Mengubah Paradigma Filsafat dengan Keraguan Metodologis

Salah satu alasan utama mengapa Descartes disebut sebagai Bapak Filsafat Modern adalah karena ia memperkenalkan metode berpikir yang revolusioner: keraguan metodologis. Dalam karyanya Discourse on the Method (1637), Descartes menyatakan bahwa untuk menemukan kebenaran sejati, seseorang harus terlebih dahulu meragukan semua yang ia ketahui.

Ia menyadari bahwa indra manusia sering kali menipu, dan bahwa banyak keyakinan yang diterima begitu saja oleh masyarakat tidak dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. Dari sinilah muncul prinsip yang sangat terkenal: “Cogito, ergo sum”“Aku berpikir, maka aku ada.”

Frasa ini menjadi tonggak penting dalam sejarah filsafat karena Descartes meletakkan kesadaran berpikir sebagai bukti eksistensi diri, dan dari sanalah ia membangun seluruh sistem filsafatnya. Ini menjadi awal mula filsafat modern yang berbasis rasio, bukan dogma atau tradisi.

 

2. Melepaskan Filsafat dari Skolastik Abad Pertengahan

Filsafat sebelum Descartes sangat dipengaruhi oleh tradisi skolastik, yaitu pendekatan yang menggabungkan doktrin Kristen dan filsafat Aristotelian. Meskipun berguna di masa lalu, pendekatan ini kerap bersifat spekulatif dan terlalu bergantung pada otoritas luar.

Descartes hadir dengan pendekatan yang lebih independen dan rasional, menjadikan akal sebagai sumber utama kebenaran. Ia menggeser fokus filsafat dari otoritas ke otonomi intelektual, dari spekulasi teologis ke refleksi logis.

Dengan langkah ini, Descartes berhasil memisahkan filsafat dari agama, tanpa harus mengingkari eksistensi Tuhan. Ia tetap menyusun argumen logis tentang keberadaan Tuhan, tetapi tidak menjadikannya dasar dari segala pengetahuan. Inilah yang menjadikan filsafat pasca-Descartes lebih terbuka, sekuler, dan ilmiah.

 

3. Membangun Dasar Epistemologi Modern

Epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang asal-usul, batas, dan keabsahan pengetahuan. Descartes memberi kontribusi besar dalam bidang ini melalui pencariannya terhadap “kepastian mutlak.”

Dengan pendekatannya, Descartes menunjukkan bahwa pengetahuan sejati hanya bisa diperoleh melalui proses berpikir yang sistematis. Ia menyarankan empat prinsip berpikir rasional:

1.     Tidak menerima apa pun sebagai benar tanpa bukti yang jelas.

2.     Membagi setiap persoalan menjadi bagian kecil.

3.     Menyusun pikiran dari hal yang paling sederhana ke yang lebih kompleks.

4.     Melakukan tinjauan ulang secara menyeluruh.

Keempat prinsip ini kemudian menjadi dasar bagi metode ilmiah modern, dan digunakan hingga kini di berbagai bidang ilmu.

 

4. Pengaruh pada Ilmu Pengetahuan dan Matematika

Kontribusi Descartes tidak berhenti di filsafat. Ia juga dikenal sebagai salah satu pelopor dalam ilmu pengetahuan modern dan matematika. Ia menciptakan sistem koordinat kartesius yang menyatukan geometri dan aljabar, dikenal luas sebagai dasar geometri analitik.

Penemuan ini bukan hanya penting secara matematis, tetapi juga secara filosofis: ia menunjukkan bahwa dunia fisik bisa dipahami melalui struktur rasional dan matematika. Pandangan ini kemudian menjadi pijakan bagi revolusi ilmiah, termasuk karya-karya besar Newton, Leibniz, dan para ilmuwan setelahnya.

 

5. Membangun Konsep Dualisme: Tubuh dan Pikiran

René Descartes juga memperkenalkan konsep dualisme—yaitu pemisahan antara res cogitans (pikiran) dan res extensa (materi atau tubuh). Ia berpendapat bahwa manusia terdiri dari dua substansi berbeda: pikiran yang bersifat spiritual dan tubuh yang bersifat fisik.

Meski konsep ini mendapat banyak kritik di kemudian hari, terutama dari ilmuwan dan filsuf modern seperti Gilbert Ryle dan Daniel Dennett, dualisme Descartes menjadi awal dari diskusi serius tentang kesadaran, identitas, dan hubungan antara otak dan pikiran.

 

6. Pengaruh terhadap Filsuf dan Peradaban Modern

Tak diragukan lagi, Descartes memberikan inspirasi besar kepada banyak filsuf besar setelahnya, seperti Spinoza, Leibniz, Locke, Hume, hingga Immanuel Kant. Gagasan-gagasannya juga menjadi dasar dari gerakan Pencerahan yang menekankan akal sebagai cahaya utama dalam memahami dunia.

Di dunia modern, pemikiran Descartes memberi landasan bagi banyak hal: logika komputasional, filsafat sains, teori pengetahuan, hingga pendekatan pedagogis dalam pendidikan. Ia juga membuka diskusi penting tentang identitas manusia di tengah revolusi digital dan kecerdasan buatan.

 

Kesimpulan: Pilar Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Modern

Dari keraguan metodologis hingga sistem koordinat kartesius, dari Cogito ergo sum hingga dualisme tubuh dan pikiran, warisan René Descartes begitu luas dan mendalam. Ia tak hanya berpikir, tetapi membangun jalan berpikir baru bagi peradaban manusia.

Gelar Bapak Filsafat Modern bukan sekadar simbol kehormatan, melainkan pengakuan atas kontribusi nyata Descartes dalam mengubah paradigma dunia—dari kepercayaan membabi buta menjadi pencarian kebenaran melalui akal dan nalar.

Di zaman sekarang yang penuh dengan tantangan intelektual, disinformasi, dan krisis identitas, pemikiran Descartes tetap menjadi mercusuar yang memandu manusia untuk berpikir jernih, meragukan dengan bijak, dan membangun pengetahuan berdasarkan logika.