Aristoteles vs Plato: Perdebatan Abadi dalam Dunia Filsafat yang Membentuk Peradaban

Aristoteles
Aristoteles
Sumber :
  • Image Creator Grok/Handoko

Sebaliknya, Aristoteles melihat pengetahuan sebagai hasil pengamatan dan pengalaman empiris. Ia mengembangkan logika deduktif dan induktif sebagai metode berpikir ilmiah yang dapat mengantarkan manusia pada pengetahuan yang valid tentang dunia.

Etika: Jiwa yang Teratur vs Kebajikan Melalui Kebiasaan

Plato menempatkan kebajikan dalam harmoni antara tiga bagian jiwa: nalar, semangat, dan nafsu. Keadilan tercapai bila ketiganya bekerja sesuai fungsi dan diarahkan oleh rasio.

Sementara itu, Aristoteles menyusun etika dalam kerangka kebiasaan dan karakter (virtue ethics). Dalam karyanya Etika Nikomachea, ia menekankan bahwa kebajikan dibentuk melalui latihan dan pembiasaan tindakan baik. Kebahagiaan sejati (eudaimonia) hanya dapat dicapai bila seseorang hidup secara rasional dan bermoral di tengah masyarakat.

Politik: Negara Ideal vs Negara Nyata

Plato dalam Republik merancang model negara ideal yang dipimpin oleh raja filsuf—seseorang yang mampu memahami dunia ide dan menerapkannya demi keadilan. Negara yang ideal bagi Plato adalah hierarkis dan berbasis pembagian tugas yang tegas.

Aristoteles dalam Politika mengambil pendekatan sebaliknya. Ia mempelajari berbagai bentuk pemerintahan yang nyata, mulai dari monarki, aristokrasi, hingga demokrasi. Menurutnya, politik adalah seni mengatur kehidupan bersama agar mencapai kebaikan tertinggi. Bentuk pemerintahan terbaik bukan yang paling ideal secara teori, tetapi yang paling stabil dan mampu membawa kesejahteraan.