Rahasia Hidup Bahagia Menurut Socrates yang Masih Relevan Hari Ini

Socrates
Socrates
Sumber :
  • Image Creator Grok/Handoko

Jakarta, WISATA - Socrates, filsuf Yunani kuno yang hidup lebih dari dua milenium lalu, masih terus menjadi sumber inspirasi dalam pencarian manusia terhadap kebahagiaan. Meski hidup dalam era yang jauh berbeda dari dunia modern saat ini, pandangan dan ajaran Socrates tentang kebahagiaan tetap terasa relevan dan menyentuh sisi terdalam kemanusiaan.

Socrates tidak memberikan resep instan untuk kebahagiaan. Ia tidak menjanjikan kekayaan, ketenaran, atau kekuasaan sebagai jalan menuju hidup bahagia. Justru, dalam kesederhanaannya, Socrates menunjukkan bahwa kebahagiaan sejati terletak pada pengenalan diri, hidup sesuai dengan prinsip, dan kemampuan untuk berpikir secara kritis.

Hidup Bahagia Berawal dari “Kenalilah Dirimu”

Salah satu ajaran paling terkenal dari Socrates adalah "Gnothi Seauton" yang berarti "Kenalilah dirimu". Bagi Socrates, seseorang tidak akan pernah bisa meraih kebahagiaan sejati jika ia tidak memahami siapa dirinya, apa yang ia inginkan, dan apa yang ia yakini.

Dalam konteks modern, ajaran ini sangat sesuai dengan kebutuhan manusia yang kerap terjebak dalam pencarian eksternal: gaji besar, rumah megah, atau pengakuan sosial. Namun tanpa memahami keinginan dan kebutuhan batiniah, semua itu akan terasa kosong.

“Kenalilah dirimu” adalah ajakan untuk berhenti sejenak dari kebisingan dunia, lalu mengarahkan pandangan ke dalam. Apa nilai yang kita yakini? Apa tujuan hidup kita yang sesungguhnya? Dengan refleksi mendalam terhadap pertanyaan-pertanyaan ini, seseorang bisa mulai menapaki jalan hidup yang lebih jujur—dan dengan itu, lebih membahagiakan.

Bahagia Itu Bukan Soal Memiliki Banyak, Tapi Menikmati yang Sedikit

Socrates terkenal karena gaya hidupnya yang sangat sederhana. Ia tidak hidup dalam kemewahan, bahkan kerap terlihat berjalan kaki tanpa alas di pasar Athena. Namun di balik kesederhanaannya, Socrates memiliki kekayaan batin yang luar biasa.

Salah satu kutipan terkenalnya berbunyi: “Rahasia kebahagiaan bukan terletak pada keinginan untuk memiliki lebih, tetapi pada kemampuan untuk menikmati lebih sedikit.”

Ajaran ini seakan menampar budaya konsumtif dan gaya hidup berlebihan yang menjangkiti masyarakat modern. Kita diajak untuk menyadari bahwa kepuasan tidak datang dari penambahan barang, tetapi dari rasa cukup. Dengan belajar mensyukuri apa yang kita miliki dan tidak selalu membandingkan diri dengan orang lain, hati menjadi lebih tenang, dan hidup terasa lebih ringan.

Hidup Sesuai Prinsip: Pilar Penting dalam Kebahagiaan

Socrates tidak pernah takut menyuarakan kebenaran, meski ia tahu konsekuensinya berat. Ia memilih menjalani hidup yang benar menurut prinsipnya, daripada tunduk pada tekanan mayoritas. Bahkan ketika menghadapi hukuman mati, ia tidak mengingkari keyakinannya.

Ini menunjukkan bahwa hidup bahagia bukan berarti hidup nyaman tanpa tantangan, melainkan hidup dengan integritas. Ketika seseorang hidup sesuai nilai yang diyakini benar—jujur, adil, dan bertanggung jawab—ia akan merasa damai. Dan kedamaian batin itulah sumber kebahagiaan sejati.

Kebahagiaan Tidak Bisa Dicapai Tanpa Kebijaksanaan

Socrates percaya bahwa kebahagiaan adalah hasil dari kebijaksanaan. Dan kebijaksanaan lahir dari kesadaran akan keterbatasan diri. Kutipannya yang terkenal, “Satu-satunya kebijaksanaan sejati adalah mengetahui bahwa kamu tidak tahu apa-apa,” mengajak kita untuk rendah hati dan terus belajar.

Orang yang merasa tahu segalanya, menurut Socrates, justru paling jauh dari kebijaksanaan. Sebaliknya, orang yang mau belajar, mendengar, dan merenung, akan tumbuh menjadi pribadi bijak yang tidak mudah terombang-ambing oleh situasi.

Kebijaksanaan ini membuat seseorang mampu menilai hidup dengan lebih objektif, tidak mudah panik, dan tidak terjebak pada ilusi dunia. Dengan pikiran yang jernih dan hati yang tenang, hidup akan terasa lebih ringan dan bahagia.

Kebahagiaan Adalah Proses, Bukan Tujuan Akhir

Berbeda dengan pandangan modern yang kerap menempatkan kebahagiaan sebagai tujuan akhir—seperti pencapaian karier, pernikahan sempurna, atau kekayaan melimpah—Socrates mengajarkan bahwa kebahagiaan adalah proses yang dijalani setiap hari.

Ia mengajak manusia untuk hidup secara sadar, berpikir mendalam, dan membuat keputusan berdasarkan nilai, bukan nafsu sesaat. Ketika seseorang menjalani hidup dengan cara seperti ini, kebahagiaan akan datang sebagai hasil sampingan, bukan sebagai target yang harus dikejar dengan ambisi buta.

Apa yang Bisa Kita Pelajari Hari Ini?

Ajaran Socrates begitu relevan dalam dunia modern yang serba cepat, serba instan, dan penuh tekanan sosial. Ketika banyak orang mengalami stres, krisis identitas, atau bahkan depresi karena kehilangan arah hidup, nasihat Socrates seakan menjadi oase yang menenangkan.

Berikut adalah beberapa pelajaran praktis dari Socrates yang bisa langsung kita terapkan:

1.     Luangkan waktu untuk refleksi diri – Coba tanyakan pada dirimu setiap malam: apakah aku hidup sesuai nilai yang aku yakini?

2.     Latih rasa cukup – Sebelum membeli sesuatu, tanya dulu: apakah aku benar-benar membutuhkannya, atau hanya ingin memuaskan ego?

3.     Hidup dengan integritas – Jangan kompromi pada nilai-nilai diri hanya demi kenyamanan sesaat.

4.     Belajarlah terus menerus – Jangan merasa paling tahu. Dunia selalu berubah. Buka hati dan pikiran untuk perspektif baru.

5.     Jalani hidup secara sadar – Hadir utuh dalam setiap aktivitas, bukan hanya berlari mengejar hasil.

Penutup: Socrates dan Kebahagiaan yang Tak Lekang oleh Waktu

Meski hidup lebih dari dua ribu tahun lalu, Socrates telah memberikan kita warisan luar biasa tentang bagaimana menjalani hidup yang bermakna. Bagi Socrates, kebahagiaan bukan soal apa yang dimiliki, tapi soal bagaimana kita hidup.

Dengan mengenal diri, hidup jujur, berpikir kritis, dan menjalani hidup sesuai prinsip, kita bisa menciptakan kebahagiaan yang tidak tergantung pada situasi luar. Kebahagiaan itu tumbuh dari dalam—dan seperti yang ditunjukkan Socrates, hanya bisa ditemukan oleh mereka yang mau berpikir dan bertanya.