Peneliti Mengungkap Jaringan Kota Kuno yang Tersembunyi di Hutan Hujan Amazon

Penggalian Arkeologi Skala Besar
Penggalian Arkeologi Skala Besar
Sumber :
  • the brighterside.news/Stéphen Rostain

Pemukiman tersebut mendukung populasi yang padat, diperkirakan mencapai 10.000 hingga 30.000 orang pada puncaknya. Rostain menekankan skala dan kompleksitas komunitas ini, membandingkannya dengan London pada era Romawi.

Penduduk pra-Hispanik di pemukiman ini, yang termasuk dalam budaya Kilamope dan kemudian Upano, adalah masyarakat agraris yang menetap. Mereka menanam jagung, kacang-kacangan, singkong dan ubi jalar di tanah vulkanik yang subur, yang mampu menghasilkan hingga tiga kali panen setiap tahun bahkan hingga saat ini. Analisis butiran pati dari tembikar menunjukkan bahwa mereka menyeduh chicha, bir manis, dalam wadah yang dihias dengan rumit.

Penggalian menemukan artefak rumah tangga seperti batu gerinda, toples dan biji yang dibakar. Lubang tiang, perapian dan endapan artefak yang disengaja menunjukkan bahwa konstruksi sering kali mencakup kegiatan ritual. Temuan-temuan ini mengungkapkan budaya yang sangat terkait dengan lingkungannya, membentuk tanah tidak hanya untuk bertahan hidup tetapi juga untuk tujuan seremonial dan sosial.

Ritual mungkin memainkan peran penting dalam praktik arsitektur mereka. Bukti menunjukkan setidaknya ada lima fase budaya yang berbeda, dimulai sekitar tahun 500 SM. Meskipun ada gangguan, masyarakat menunjukkan ketahanan, menempati kembali dan menggunakan kembali bangunan selama berabad-abad.

Permukiman tersebut menghadapi tantangan dari lingkungannya yang tidak stabil, khususnya gunung berapi Sangay di dekatnya. Letusan Sangay yang menjulang setinggi 5.230 meter di atas wilayah tersebut berdampak signifikan terhadap masyarakat. 

Longsoran puing besar dari gunung berapi tersebut mengubah lanskap, namun permukiman manusia tetap bertahan di endapan tersebut. Hipotesis bahwa budaya Upano berakhir tiba-tiba karena letusan gunung berapi antara tahun 400 dan 600 M telah dipertimbangkan kembali. Penanggalan radiokarbon menunjukkan rentang waktu yang bervariasi, yang menunjukkan bahwa meskipun letusan tersebut memengaruhi masyarakat, letusan tersebut tidak sepenuhnya menghancurkan mereka. Ketahanan ini menggarisbawahi kemampuan beradaptasi masyarakat ini dalam menghadapi bencana alam.

Penemuan ini menantang asumsi lama tentang Amazonia sebagai daerah terpencil yang tidak tersentuh oleh pembangunan perkotaan. Tidak seperti kota-kota yang dibangun dari batu milik Suku Inca, peradaban Amazon menggunakan lumpur sebagai bahan bangunan utama mereka, sehingga meninggalkan lebih sedikit jejak yang bertahan lama.