“Jadilah Tuan atas Dirimu, Bukan Budak Dorongan Hati” – Renungan Mendalam

- Image Creator/Handoko
Jakarta, WISATA – Dalam dunia modern yang serba cepat, penuh impuls, dan hiruk-pikuk media sosial, nasihat Ryan Holiday ini mengundang renungan mendalam: “Jadilah tuan atas dirimu sendiri, bukan budak dari dorongan hati.” Sebuah kalimat sederhana, namun sarat makna filosofis yang menggugah. Kutipan ini bukan sekadar ajakan untuk hidup tertib, tapi seruan untuk merebut kembali kendali atas kehidupan dari tangan emosi dan kebiasaan buruk.
Ryan Holiday, penulis buku-buku seperti The Obstacle Is the Way, Ego Is the Enemy, dan Discipline Is Destiny, konsisten mengangkat tema Stoikisme—sebuah filosofi Yunani Kuno yang menekankan penguasaan diri, ketenangan batin, dan kebijaksanaan dalam bertindak. Dalam konteks zaman sekarang, pesan Holiday menjadi semakin relevan: dunia menawarkan terlalu banyak godaan untuk bereaksi spontan, dan terlalu sedikit ruang untuk berpikir jernih.
Dorongan Hati: Refleks atau Perangkap?
Dorongan hati sering muncul dalam bentuk keputusan cepat: membalas komentar pedas, membeli sesuatu secara impulsif, atau berkata kasar ketika kesal. Meski tampak sepele, jika dibiarkan, dorongan ini bisa mengarahkan hidup ke jalur yang salah. Ryan Holiday menekankan bahwa menjadi budak dorongan hati adalah tanda seseorang kehilangan kekuatan paling esensial: kendali atas diri sendiri.
Dalam Stoikisme, seseorang dianggap bijak bukan karena ia tidak merasakan emosi, tetapi karena ia tahu kapan harus bertindak dan kapan harus menahan diri. Ini adalah kemampuan untuk menyaring reaksi dari pikiran jernih, bukan sekadar mengikuti arus emosi.
“Setiap kali kamu bertindak tanpa berpikir, kamu menyerahkan kekuasaanmu,” tulis Holiday dalam Discipline Is Destiny.
Tuan atas Diri: Disiplin dan Kejernihan