Paulo Freire: “Tidak Ada Pendidikan yang Netral. Ia Mendidik untuk Membebaskan atau untuk Menindas.”

- Cuplikan layar
Netralitas Adalah Mitos
Mengatakan bahwa pendidikan itu netral sama saja dengan menutupi fakta bahwa ada sistem nilai yang bekerja di baliknya. Siapa yang menulis buku pelajaran? Nilai apa yang dijunjung dalam kurikulum? Mengapa beberapa perspektif diangkat, sementara yang lain diabaikan?
Dengan menyadari bahwa pendidikan tidak netral, guru dan lembaga pendidikan punya tanggung jawab besar: mereka harus memilih—apakah akan menjadi bagian dari proses pembebasan, atau ikut melanggengkan ketimpangan?
Freire menegaskan, “Diam di hadapan ketidakadilan adalah berpihak kepada penindas.” Maka, guru yang enggan membahas realitas sosial murid, yang hanya fokus pada nilai ujian, dan tidak peduli pada kondisi murid di luar kelas, sedang bersikap netral yang sesungguhnya tidak netral.
Relevansi di Indonesia
Di Indonesia, kutipan Freire ini sangat relevan. Ketimpangan pendidikan masih menjadi masalah serius. Banyak anak di daerah terpencil tidak mendapat akses pendidikan yang layak. Sebagian besar kurikulum masih terfokus pada hafalan, bukan pemahaman. Banyak murid tidak diberi ruang untuk berpendapat, apalagi berdebat secara sehat.
Dalam kondisi ini, kita perlu bertanya: apakah sistem pendidikan kita sedang membebaskan atau justru menindas? Apakah anak-anak diajarkan untuk berpikir kritis, atau hanya dilatih menjadi pekerja yang patuh?