Chrysippus: Kehormatan Sejati Tidak Datang dari Pujian, Tapi dari Tindakan yang Benar

Chrysippus
Chrysippus
Sumber :
  • Cuplikan Layar

Kehormatan sejati tidak datang dari pujian orang lain, tetapi dari tindakan yang benar.”
Chrysippus

Jakarta, WISATA - Dalam era digital saat ini, di mana pengakuan sering kali diukur dari jumlah “like”, “follower”, atau komentar positif, kutipan bijak dari filsuf Stoik Chrysippus ini terasa sangat relevan. Ia mengingatkan kita bahwa kehormatan sejati bukanlah sesuatu yang bisa diberikan oleh orang lain, melainkan sesuatu yang kita ciptakan sendiri melalui tindakan yang sesuai dengan kebajikan.

Siapa Chrysippus dan Mengapa Pemikirannya Masih Penting?

Chrysippus (280–207 SM) adalah tokoh penting dalam filsafat Stoikisme yang memperkuat ajaran Zenon dari Kition. Ia dianggap sebagai arsitek logika dan etika Stoik yang paling berpengaruh. Chrysippus meyakini bahwa hidup yang bermakna hanya dapat dicapai jika kita hidup sesuai dengan akal (logos), alam, dan kebajikan.

Ajaran Chrysippus tidak mengandalkan pencitraan, tetapi pada pengendalian diri, kebenaran, dan tanggung jawab moral pribadi. Dalam dunia yang semakin bergantung pada pengakuan eksternal, Chrysippus menegaskan bahwa nilai diri tidak boleh ditentukan oleh pandangan orang lain.

Membedakan Antara Kehormatan Sejati dan Pengakuan Semu

Banyak orang hari ini berjuang keras untuk diakui: oleh bos, oleh rekan kerja, bahkan oleh orang asing di media sosial. Namun, Chrysippus menyadarkan kita bahwa:

  • Pujian bisa palsu atau manipulatif.
  • Popularitas tidak sama dengan integritas.
  • Pengakuan publik bisa datang meski seseorang tidak jujur.

Sebaliknya, kehormatan sejati hanya muncul ketika seseorang:

  • Berani berbuat benar meski tidak dilihat orang.
  • Tidak berkompromi pada prinsip demi pujian.
  • Memilih bertindak etis meski itu sulit atau tidak populer.

Mengapa Tindakan Lebih Penting daripada Pujian?

Pujian adalah reaksi orang lain — hal yang berada di luar kendali kita. Sedangkan tindakan yang benar adalah pilihan sadar yang sepenuhnya berada dalam kekuasaan kita.

Dalam Stoikisme, hal-hal eksternal seperti kekayaan, status, dan reputasi dianggap sebagai hal-hal yang indiferen — bukan yang menentukan kebaikan atau keburukan seseorang. Yang menentukan adalah:

  • Niat dan motivasi di balik tindakan.
  • Apakah tindakan itu selaras dengan kebajikan: keadilan, keberanian, kebijaksanaan, dan pengendalian diri.

Chrysippus menegaskan bahwa meskipun dunia mungkin tidak pernah tahu apa yang telah Anda lakukan, kehormatan tetap tumbuh dalam batin Anda jika tindakan Anda benar.

Contoh Kehormatan Sejati dalam Kehidupan Nyata

1. Petugas kebersihan yang bekerja jujur tanpa pengakuan

Ia tidak muncul di media sosial. Tidak ada yang memberinya penghargaan. Namun ia bekerja dengan hati dan tanggung jawab. Itulah kehormatan sejati.

2. Guru yang tulus mengajar di daerah terpencil

Meski tanpa sorotan, ia mendidik generasi muda dengan cinta. Tindakan ini jauh lebih bermakna daripada pidato-pidato kosong.

3. Pemimpin yang tidak korup meski punya peluang

Ketika banyak pejabat menyalahgunakan jabatan, ia memilih integritas. Ia mungkin tidak populer, tetapi ia benar di mata dirinya sendiri dan di mata kebajikan.

Menghindari Perangkap "Pencitraan"

Hari ini, kita hidup dalam zaman "branding diri". Banyak yang lebih mementingkan tampil baik daripada menjadi baik. Chrysippus, jika hidup hari ini, mungkin akan memperingatkan kita dengan keras:

  • Jangan memoles wajah jika hati masih penuh tipu daya.
  • Jangan mencari tepuk tangan jika tindakan tidak tulus.
  • Jangan bangga dengan citra jika jati diri rapuh.

Tindakan adalah fondasi. Pujian hanyalah gema.

Bagaimana Membangun Kehormatan Sejati?

Berikut beberapa prinsip Stoik yang bisa kita praktikkan agar kehormatan kita berakar dari tindakan benar, bukan dari opini publik:

1. Fokus pada Apa yang Bisa Dikendalikan

Jangan buang energi pada citra atau komentar orang lain. Fokuslah pada tindakan yang baik dan niat yang murni.

2. Latih Pengendalian Diri

Ketika tergoda mencari pengakuan, tahan diri. Tanya: “Apakah ini benar atau hanya untuk dilihat orang?”

3. Evaluasi Diri Secara Jujur

Setiap malam, tanya pada diri sendiri: “Apakah saya hidup sesuai prinsip saya hari ini?”

4. Bersikap Konsisten dalam Nilai

Jangan hanya berbuat baik saat dilihat. Kebaikan sejati adalah yang dilakukan saat tidak ada yang menyaksikan.

5. Berani Berbeda

Ketika dunia mendewakan popularitas, beranilah menempuh jalan yang sunyi tapi benar.

Ketenangan dari Dalam: Hadiah Kehormatan Sejati

Ketika kita bertindak benar, meski tanpa sorotan, kita mendapatkan hadiah batin yang luar biasa: ketenangan. Chrysippus percaya bahwa:

  • Orang yang hidup sesuai kebajikan tidak membutuhkan validasi eksternal.
  • Kehormatan dari dalam tidak bisa dirampas, tidak berubah oleh komentar, dan tidak hancur oleh skandal.

Inilah kehormatan sejati:
Tenang, kukuh, dan bersinar dari dalam.

Penutup: Menjadi Manusia yang Terhormat di Zaman yang Dangkal

Di dunia yang penuh topeng dan ilusi, kita perlu kembali pada ajaran sederhana namun kuat dari Chrysippus:
“Kehormatan sejati tidak datang dari pujian orang lain, tetapi dari tindakan yang benar.”

Mari renungkan:

  • Apakah tindakan kita hari ini akan tetap kita lakukan jika tidak ada yang menonton?
  • Apakah keputusan kita berdasarkan prinsip atau opini publik?
  • Apakah kita membangun citra atau membangun karakter?

Chrysippus tidak menulis untuk zaman media sosial, tetapi pesannya melampaui waktu. Ia mengingatkan kita untuk tidak menjadi budak pujian, tetapi menjadi hamba kebenaran. Karena hanya dengan hidup benar, kita menjadi pribadi yang benar-benar terhormat — meskipun dunia tidak mengenal kita.