Aristoteles: “Tidak Ada Jenius Besar Tanpa Sedikit Sentuhan Kegilaan”

- Handoko/Istimewa
Pelajaran dari Sang Filsuf Kuno untuk Menginspirasi Inovasi di Indonesia
Jakarta, WISATA — Aristoteles, filsuf Yunani yang namanya masih dikenang hingga kini, pernah berkata, “There is no great genius without some touch of madness.” Dalam bahasa Indonesia, kalimat tersebut berarti, “Tidak ada jenius besar tanpa sedikit sentuhan kegilaan.” Ungkapan ini menyimpan makna mendalam yang sangat relevan dengan perjalanan inovasi dan kemajuan bangsa Indonesia di era modern.
Kata “kegilaan” di sini bukan berarti gangguan mental, melainkan keberanian untuk berbeda, berpikir di luar kebiasaan, serta berani mengambil risiko yang sering kali dianggap “gila” oleh orang kebanyakan. Banyak penemu, seniman, dan pemimpin besar dunia yang justru muncul karena mereka berani melawan arus dan norma yang ada.
Sentuhan Kegilaan dalam Sejarah Inovasi Dunia
Sejarah mencatat bahwa banyak inovasi besar lahir dari orang-orang yang dianggap “aneh” atau “gila” pada zamannya. Thomas Edison yang menciptakan lampu pijar, Nikola Tesla yang mengembangkan listrik arus bolak-balik, hingga Steve Jobs yang merevolusi teknologi dengan Apple, semua memiliki ciri yang sama: ide-ide mereka tampak tidak biasa, bahkan kontroversial saat awalnya muncul.
Begitu pula dengan Indonesia. Tokoh seperti B.J. Habibie yang memajukan industri penerbangan nasional, atau R.A. Kartini yang berani memperjuangkan emansipasi wanita, juga bisa disebut memiliki “sentuhan kegilaan” dalam artian keberanian mereka menentang status quo demi perubahan besar.
Mengapa Sentuhan Kegilaan Penting untuk Indonesia?
Indonesia saat ini berada di persimpangan sejarah. Revolusi teknologi digital, perubahan iklim, dan dinamika geopolitik menuntut inovasi cepat dan tepat. Namun inovasi tidak datang dari orang yang selalu bermain aman. Butuh keberanian untuk mencoba hal baru, berani gagal, dan berpikir berbeda.
Menurut Aristoteles, tanpa keberanian “gila” itu, tidak akan ada kemajuan besar. Ini berarti Indonesia harus menciptakan ruang bagi orang-orang yang punya ide unik, berani mengambil risiko, dan tidak takut gagal. Ekosistem inovasi yang mendukung kebebasan berkreasi dan eksperimen sangat penting.
Tantangan Menerima “Kegilaan” di Budaya Kita
Budaya kita yang cenderung mengutamakan keseragaman dan keharmonisan kadang membuat ide-ide baru sulit diterima. Seringkali orang yang punya ide berbeda dianggap aneh, bahkan ditolak. Padahal, inovasi justru lahir dari ketidaksamaan itu.
Untuk mengatasi hal ini, dibutuhkan perubahan mindset di lingkungan pendidikan, perusahaan, dan pemerintahan. Menghargai kreativitas, memberi ruang eksperimen, serta menerima kegagalan sebagai bagian proses adalah langkah penting agar “sentuhan kegilaan” bisa berkembang dan melahirkan genius baru.
Peran Pendidikan dalam Membentuk Jenius dengan Sentuhan Kegilaan
Pendidikan Indonesia juga harus beradaptasi. Kurikulum yang menekankan hafalan dan kepatuhan harus mulai bergeser ke pengembangan kreativitas dan berpikir kritis. Anak-anak perlu didorong untuk bereksperimen, berimajinasi, dan tidak takut mencoba hal baru meski terlihat “gila”.
Guru dan orang tua memiliki peran penting untuk memberikan dukungan dan ruang bagi anak-anak berkembang dengan cara yang unik. Inilah awal dari lahirnya jenius-jenius masa depan yang akan membawa Indonesia ke level lebih tinggi.
Kisah Inspiratif Jenius Indonesia dengan Sentuhan Kegilaan
Contoh nyata muncul dari startup-startup teknologi yang lahir dari ide-ide sederhana tapi berani berbeda. Tokopedia, Gojek, dan Bukalapak adalah bukti bahwa sentuhan “kegilaan” dalam bentuk inovasi bisnis mampu mengubah peta ekonomi Indonesia.
Para pendiri startup ini berani menentang cara-cara konvensional, berani menghadapi risiko besar, dan terus mencoba hingga sukses. Semangat ini harus terus didorong dan diapresiasi oleh seluruh lapisan masyarakat.
Kesimpulan: Menerima dan Merayakan Sentuhan Kegilaan untuk Indonesia Maju
Aristoteles mengingatkan kita bahwa di balik setiap jenius besar ada keberanian untuk berbeda, ada sentuhan “kegilaan” yang menggerakkan perubahan. Indonesia butuh lebih banyak orang seperti itu — yang tidak takut melanggar batas, berpikir kreatif, dan berani bermimpi besar.
Membangun bangsa maju bukan hanya soal mengikuti arus, tetapi berani memulai sesuatu yang belum pernah dilakukan. Dengan membuka ruang bagi “sentuhan kegilaan”, Indonesia dapat melahirkan inovasi dan solusi yang tidak hanya mengatasi masalah hari ini, tetapi juga membawa kemajuan berkelanjutan di masa depan.