Dua Tragedi Kehidupan Menurut Socrates: Saat Keinginan Tak Tercapai dan Ketika Ia Justru Terwujud

- Image Creator/Handoko
Mengapa ini bisa terjadi? Karena keinginan sering kali dibentuk oleh ilusi. Kita meyakini bahwa sesuatu di luar diri kita bisa membuat kita utuh. Padahal, kebahagiaan sejati bukanlah hasil dari pencapaian eksternal, melainkan kedamaian internal.
Ilusi Keinginan dan Realitas Kehidupan
Manusia adalah makhluk yang tak pernah puas. Setelah satu keinginan tercapai, muncul keinginan baru. Siklus ini terus berulang, membuat hidup seperti perlombaan tanpa garis akhir. Socrates, melalui kutipan ini, mengajak kita untuk menyadari bahwa terkadang keinginan itu sendiri yang menjadi sumber penderitaan.
Banyak orang jatuh dalam perangkap ini: mengejar sesuatu dengan keyakinan bahwa itu akan menyelamatkan hidup mereka, hanya untuk menyadari bahwa setelah mendapatkannya, mereka tetap merasa kosong.
Pelajaran dari Socrates untuk Zaman Modern
Di era digital dan kapitalisme seperti sekarang, manusia dibombardir dengan gambaran tentang “kehidupan ideal”—karier gemilang, pasangan sempurna, rumah impian, dan liburan mewah. Semua itu dijadikan standar kebahagiaan. Namun Socrates mengingatkan bahwa tragedi hidup bisa terjadi justru saat kita mencapai semua itu, dan tidak merasakan apa pun yang kita harapkan.
Pesannya jelas: berhati-hatilah terhadap apa yang kamu inginkan. Jangan sampai kamu mengorbankan hal-hal penting dalam hidup—seperti kedamaian batin, integritas, atau hubungan yang bermakna—hanya demi mengejar sesuatu yang mungkin tidak memberi kebahagiaan sejati.