Marcus Aurelius: Bukan Kematian yang Perlu Ditakuti, Tapi Hidup yang Tak Pernah Dimulai

- Cuplikan layar
Stoisisme mengajarkan pentingnya hidup dengan kesadaran. Bukan berarti setiap detik harus dipenuhi dengan produktivitas, melainkan setiap langkah sebaiknya dilakukan dengan niat dan pemahaman yang jelas. Hidup dengan sadar berarti mengetahui nilai-nilai yang kita anut, tujuan hidup yang kita pilih, dan keberanian untuk mengejarnya.
Marcus Aurelius tidak sekadar berbicara tentang konsep abstrak. Ia memimpin pasukan dalam perang, mengatasi wabah penyakit, menghadapi pengkhianatan politik, dan menjalani hidup sebagai pemimpin tertinggi. Namun dalam segala keterbatasan itu, ia selalu mengingatkan bahwa hidup yang berarti adalah hidup yang dijalani dengan kesadaran moral, bukan dengan kepalsuan atau ketakutan.
Menunda Hidup Karena Takut
Banyak orang menunda-nunda untuk melakukan hal-hal penting dalam hidup. Kita sering mendengar kalimat seperti:
- “Nanti saja kalau sudah mapan.”
- “Saya tunggu waktu yang tepat.”
- “Saya takut gagal.”
- “Apa kata orang nanti?”
Ketakutan-ketakutan ini membuat seseorang hidup dalam penundaan abadi. Ia mungkin tampak sibuk, produktif, dan bahkan sukses secara materi. Namun di dalam hatinya, ia tahu bahwa ia belum pernah benar-benar hidup.
Kutipan Marcus Aurelius seakan menyadarkan kita untuk tidak terperangkap dalam ketakutan yang tak terlihat. Karena hidup yang tertunda hanya akan berakhir pada penyesalan saat waktu sudah tak bisa kembali.