Mengapa Filsafat Yunani Kuno Relevan di Era Digital dan Kecerdasan Buatan?

- Image Creator/Handoko
Kaum Epikurean mendorong hidup sederhana dan persahabatan sebagai jalan menuju kebahagiaan. Nilai ini bisa menjadi penyeimbang dalam dunia digital yang penuh hiruk-pikuk dan komersialisasi. Di sisi lain, kaum Skeptis mengajarkan untuk tidak mudah percaya, namun tetap terbuka terhadap argumen rasional. Dalam era deepfake dan manipulasi informasi, ini menjadi filter alami terhadap hoaks dan manipulasi digital.
Neoplatonisme dan Pencarian Makna di Dunia Digital
Plotinus, dalam ajaran Neoplatonisme, menekankan hubungan batin manusia dengan "Yang Esa", realitas tertinggi di balik semua fenomena. Di tengah kekosongan eksistensial akibat konektivitas digital tanpa makna spiritual, Neoplatonisme menawarkan refleksi mendalam: bahwa teknologi seharusnya mendekatkan manusia pada kebenaran dan kesatuan, bukan sekadar efisiensi.
Filsafat sebagai Pilar Etika Teknologi
Hari ini, banyak pusat penelitian AI dan teknologi mulai melibatkan filsuf untuk merumuskan etika AI, privasi data, dan hak digital. Di sinilah warisan filsafat Yunani menemukan tempatnya kembali—bukan di ruang nostalgia, tetapi di meja keputusan strategis. Filsafat menjadi penuntun bagi pengembangan teknologi yang manusiawi.
Kuno, Tapi Terus Hidup
Filsafat Yunani Kuno bukan sekadar peninggalan masa lalu, melainkan cermin jernih bagi masa depan. Ia mengajarkan bahwa teknologi tanpa kebijaksanaan bisa menjadi bencana. Ia juga mengingatkan kita bahwa manusia bukan sekadar pengguna gawai, tetapi makhluk berpikir, merasa, dan mencari makna.