Epikuros dan Epikurianisme: Filsafat Kebahagiaan yang Lahir dari Kesederhanaan dan Akal Sehat

Epikuros (341–270 SM)
Epikuros (341–270 SM)
Sumber :
  • Image Creator Grok/Handoko

Dalam bidang fisika, Epikuros mengembangkan pandangan bahwa alam semesta tersusun dari atom-atom dan ruang kosong, gagasan yang ia warisi dari filsuf sebelumnya, Demokritos. Jiwa manusia pun, katanya, terdiri dari atom dan akan lenyap setelah tubuh mati. Karena itu, tidak ada kehidupan setelah mati, dan karenanya tidak ada alasan untuk cemas terhadap "akhirat".

Ajaran ini sangat radikal, terutama bagi masyarakat Yunani yang sarat akan mitos dan keyakinan religius. Namun, justru dari sinilah kekuatan filsafat Epikuros memancar: ia mengandalkan nalar, pengalaman, dan pengamatan langsung sebagai dasar pengetahuan dan keputusan hidup.

Epikurianisme: Aliran Hidup yang Membebaskan

Epikurianisme berkembang menjadi salah satu dari tiga aliran besar dalam filsafat Helenistik, bersanding dengan Stoikisme dan Skeptisisme. Ajaran ini tidak hanya berhenti di Yunani, tetapi menjalar ke dunia Romawi, salah satunya melalui karya penyair dan filsuf Romawi, Lucretius, dalam puisi filsafatnya De Rerum Natura (Tentang Hakikat Alam).

Sayangnya, pada Abad Pertengahan, ajaran Epikuros disalahartikan sebagai ajaran tentang pemujaan kenikmatan jasmani semata dan bahkan dianggap sesat. Namun di masa modern, banyak pemikir kembali meninjau ulang warisan Epikuros. Bahkan, nilai-nilai seperti sekularisme, kebebasan berpikir, dan etika humanistik sangat dipengaruhi oleh prinsip-prinsip Epikurianisme.

Hidup Bahagia Itu Sederhana

Di tengah tekanan modern—target karier, gaya hidup konsumtif, dan pencapaian sosial—ajaran Epikuros terasa relevan kembali. Ia mengajarkan bahwa untuk hidup bahagia, manusia tidak perlu mengejar hal-hal yang rumit atau berlebihan. Cukup dengan memiliki kebutuhan dasar yang tercukupi, persahabatan yang tulus, dan pemahaman yang jernih terhadap dunia, manusia bisa mencapai ataraxia (ketenangan batin) dan aponia (bebas dari rasa sakit fisik).