Hidup Anda Terasa Kacau dan Berantakan? Mungkin Anda Terkena ‘Brain Rot’ Akibat Konten Receh!

Brain Rot Memicu Stres
Sumber :
  • pixabay

Jakarta, WISATA - Di zaman sekarang, siapa sih yang tidak kenal media sosial? Mulai dari TikTok, Instagram, hingga Twitter, semuanya seperti menjadi bagian penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Bangun tidur buka ponsel, lihat video lucu, meme, atau bahkan drama singkat yang bikin ngakak atau kesal. Tapi pernahkah Anda merasa otak Anda jadi kurang fokus atau sulit berpikir mendalam setelah terlalu lama menghabiskan waktu di media sosial? Nah, ini yang disebut dengan fenomena ‘brain rot’.

Apa sih 'Brain Rot' Itu?

'Brain rot' secara harfiah berarti 'pembusukan otak'. Istilah ini menggambarkan kondisi di mana kemampuan otak kita menurun akibat terlalu sering terpapar informasi ringan dan dangkal. Mungkin awalnya terasa menghibur, tapi lama-kelamaan, kebiasaan ini membuat kita sulit untuk berkonsentrasi pada hal-hal yang lebih serius atau memerlukan analisis mendalam. Bayangkan otak Anda seperti otot; jika terus digunakan untuk hal-hal ringan, kemampuan beratnya bisa menurun.

Efek Negatif yang Mungkin Tidak Anda Sadari

Pernah merasa kesulitan untuk fokus pada pekerjaan atau belajar setelah menonton video pendek berjam-jam? Atau mungkin merasa cemas tanpa alasan jelas karena sering melihat konten negatif di media sosial? Ini semua adalah dampak dari paparan konten receh yang berlebihan. Bahkan, ada penelitian yang menunjukkan bahwa konsumsi konten negatif secara terus-menerus dapat meningkatkan risiko kecemasan dan depresi. Jadi, meskipun video-video itu terlihat sepele, dampaknya ternyata cukup besar bagi kesehatan mental kita.

Kisah Nyata yang Mengejutkan

Sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa orang yang sering merasa cemas atau stres cenderung mencari konten negatif di media sosial. Ironisnya, konten ini justru membuat kondisi mereka semakin buruk. Algoritma media sosial bahkan sering kali memperburuk keadaan ini dengan terus-menerus menyajikan konten serupa. Jadi, jika Anda merasa seperti terjebak dalam siklus ini, mungkin sudah saatnya untuk mengevaluasi kembali kebiasaan Anda.