FAPET UGM: Siti Zubaidah, Tendik Pertama Penyandang Gelar Doktor Summa Cumlaude

Siti Zubaidah, S.Pt., M.Biotech
Sumber :
  • fapet.ugm.ac.id

Yogyakarta, WISATA – Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Gadjah Mada (UGM) terus mencetak SDM berprestasi.

Kali ini, tenaga laboran dari Laboratorium Ilmu Makanan Ternak, Siti Zubaidah, S.Pt., M.Biotech, berhasil lulus ujian disertasi, pada hari Jumat (10/1/2025).

Mempertahankan disertasi berjudul "Penggunaan Bungkil Sawit dengan Suplementasi Enzim Terhadap Produktivitas, Kualitas Karkas, dan Kesehatan Saluran Cerna Ayam Broiler", Siti lulus jenjang strata 3.

Siti Zubaidah adalah tenaga kependidikan (Tendik) pertama di Fapet UGM yang menyandang gelar doktor.

“Alhamdulillah, tentu bahagia bisa selesai juga sesuai target awal 3 tahun,” ujar Siti seusai ujian doktor.

Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Zuprizal, DEA., IPU., ASEAN Eng (promotor), Drh. Bambang Ariyadi, M.P., Ph.D (Ko Promotor) dan Prof. Dr. Ir. Chusnul Hanim., M.Si., IPM., ASEAN Eng (Ko Promotor), ia berhasil menyelesaikan studi S3-nya dalam waktu 2 tahun 11 bulan.

Siti Zubaidah, S.Pt., M.Biotech

Photo :
  • fapet.ugm.ac.id
Perjuangannya menyelesaikan S3 tidak lepas dari dukungan keluarga, jajaran staf di lab. IMT, dan pimpinan Fapet UGM.

Kebetulan, M. Handoko Putro -sang suaminya-, adalah lulusan Fakultas Peternakan dari UNDIP, sehingga menjadi teman diskusi selama studi berlangsung.

“Tentu semua butuh perjuangan. Malam hari saya harus terus menulis untuk disertasi maupun jurnal. Akhir pekan juga banyak dihabiskan untuk tugas-tugas,” ungkap ibu 2 putra ini.

Dengan hasil yang diperoleh ini, Siti berharap dapat memicu Tendik lainnya untuk terus belajar dan meningkatkan pengetahuan sesuai bidang masing-masing.

Perempuan kelahiran Sleman, Yogyakarta, pada 2 Oktober 1981 ini, menyelesaikan studi doktoralnya dengan biaya mandiri.

Pendidikan Siti Zubaidah diawali dari S1 Fapet UGM angkatan 2000 dan S2 di Sekolah Pascasarjana UGM angkatan 2010 dan S3 di Fapet UGM angkatan 2021.

Siti tertarik meneliti bungkil inti sawit, karena memiliki potensi dijadikan pakan ternak.

Bungkil inti sawit merupakan limbah dari pembuatan minyak inti sawit, dimana produksinya cukup tinggi di Indonesia, begitu juga dengan kandungan protein kasar sebesar 14 persen-19 persen, sehingga bungkil inti sawit berpotensi untuk dijadikan sebagai pakan ternak, khususnya ternak unggas.

Namun kelemahannya adalah, kandungan serat kasar khususnya manan yang tinggi, sedangkan unggas tidak mempunyai enzim untuk mendegradasi manan, sehingga perlu disuplementasi enzim dari luar berupa enzim mananase, NSPase, dan protease untuk meningkatkan kecernaan nutrien yang berakibat pada peningkatan produktivitas, kualitas karkas, dan kesehatan saluran cerna dari ayam broiler.

(Sumber: fapet.ugm.ac.id)