Kesejahteraan Bukanlah Kebahagiaan: Pelajaran Abadi dari Fyodor Dostoevsky tentang Kedamaian Batin

Fyodor Dostoevsky (1821–1881)
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Jakarta, WISATA - Apakah kesejahteraan materiil menjamin kebahagiaan? Pertanyaan ini telah menjadi topik diskusi sejak lama, baik dalam filsafat maupun kehidupan sehari-hari. Fyodor Dostoevsky, seorang penulis besar Rusia, menyampaikan pandangannya dalam kutipan terkenal: "Kesejahteraan bukanlah kebahagiaan." Pernyataan ini membawa kita pada refleksi mendalam bahwa kebahagiaan sejati berasal dari kedamaian batin, bukan dari tumpukan kekayaan atau kenyamanan duniawi.

Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi makna di balik kutipan tersebut, mengupas relevansinya di dunia modern, dan melihat data faktual yang mendukung bahwa kebahagiaan sejati memang lebih dari sekadar kesejahteraan finansial.

Makna di Balik Kata-Kata Dostoevsky

Dostoevsky menulis Crime and Punishment pada masa yang penuh pergolakan dalam hidupnya. Melalui karakter-karakternya, ia menggambarkan bahwa kekayaan dan kemewahan tidak dapat mengisi kekosongan jiwa atau memberikan arti sejati dalam hidup.

Dalam konteks modern, kita sering kali terjebak dalam perlombaan tanpa akhir untuk mengejar kekayaan. Namun, seperti yang Dostoevsky ingatkan, kebahagiaan sejati tidak dapat dibeli dengan uang. Kebahagiaan adalah kondisi pikiran yang melibatkan kedamaian batin, rasa syukur, dan hubungan yang bermakna.

Apa yang Membuat Orang Bahagia? Fakta dan Statistik

Penelitian ilmiah mendukung pandangan Dostoevsky. Sebuah studi dari Harvard Study of Adult Development, penelitian jangka panjang yang berlangsung lebih dari 80 tahun, menemukan bahwa hubungan sosial yang baik adalah faktor utama yang membuat seseorang bahagia dan sehat, bukan kekayaan atau status sosial.