Relativisme Kebenaran ala Kaum Sofis: Apakah Masih Relevan di Era Digital?

Perdebatan Plato dan Kaum Sofis (ilustrasi)
Sumber :
  • Handoko/istimewa

Kritik terhadap Relativisme Kaum Sofis

Socrates, Plato, dan Aristoteles adalah di antara para filsuf yang paling vokal dalam mengkritik kaum sofis. Mereka menilai bahwa relativisme kebenaran berbahaya karena dapat digunakan untuk membenarkan tindakan yang tidak etis.

Plato, misalnya, dalam dialog-dialognya menggambarkan kaum sofis sebagai manipulator yang lebih peduli pada kemenangan debat daripada kebenaran. Dalam pandangan Plato, kebenaran bersifat mutlak dan hanya dapat ditemukan melalui dialektika, yaitu pencarian kebenaran melalui diskusi rasional.

Aristoteles, di sisi lain, berpendapat bahwa argumen kaum sofis sering kali hanya terlihat meyakinkan di permukaan, tetapi tidak memiliki landasan logis yang kokoh. Ia memperingatkan bahwa relativisme dapat menciptakan kekacauan sosial jika setiap orang merasa bebas menentukan kebenarannya sendiri.

Relevansi Relativisme di Era Modern

Meski banyak dikritik, konsep relativisme yang dipopulerkan kaum sofis tetap relevan di dunia modern. Dalam masyarakat yang semakin pluralistik, di mana nilai-nilai budaya, agama, dan ideologi saling bersinggungan, relativisme sering kali menjadi dasar untuk mempromosikan toleransi dan pemahaman.

Namun, era digital juga membawa tantangan baru. Penyebaran informasi melalui media sosial sering kali memunculkan situasi di mana kebenaran menjadi kabur. Misalnya, fenomena berita palsu (fake news) menunjukkan bagaimana sudut pandang yang salah dapat dengan mudah diterima sebagai kebenaran oleh masyarakat tertentu.