Metodologi AI dalam Diagnostik Penyakit Otak: Dari Analisis Citra Medis hingga Brain-Machine Interface
- Image Creator/Handoko
AI dalam Pemantauan Epilepsi
Epilepsi adalah salah satu gangguan otak yang sangat kompleks. Dikutip dari Epilepsy Research Journal (2022), teknologi AI telah digunakan untuk menganalisis data EEG (Electroencephalography), yaitu alat yang merekam aktivitas listrik di otak. Data EEG sering kali sulit diinterpretasikan karena pola listriknya sangat kompleks. Namun, AI mampu mengenali pola-pola spesifik yang menunjukkan potensi serangan epilepsi.
Perangkat wearable berbasis AI kini juga mulai digunakan untuk memantau aktivitas otak secara real-time. Menurut penelitian yang diterbitkan di Journal of Neural Engineering (2023), perangkat ini mampu memprediksi serangan epilepsi hingga beberapa menit sebelum terjadi, dengan akurasi sekitar 87 persen. Hal ini memberikan kesempatan bagi pasien untuk mengambil tindakan pencegahan.
Brain-Machine Interface: Menghubungkan Otak dengan Teknologi
Brain-Machine Interface (BMI) adalah teknologi lain yang mendapatkan manfaat besar dari AI. Dikutip dari laporan MIT Technology Review (2023), BMI awalnya dikembangkan untuk membantu pasien dengan gangguan motorik, seperti kelumpuhan, namun kini juga mulai digunakan untuk mendukung diagnosis dan terapi penyakit otak.
Salah satu aplikasi BMI yang menarik adalah penggunaan stimulasi listrik untuk mengurangi gejala epilepsi. Alat ini bekerja dengan mendeteksi aktivitas otak yang tidak normal, kemudian memberikan stimulasi kecil untuk menghentikan pola tersebut sebelum berkembang menjadi kejang. Ini adalah contoh nyata bagaimana AI dan BMI dapat bekerja bersama untuk memberikan hasil yang lebih baik bagi pasien.
Tantangan yang Harus Diatasi