Niccolò Machiavelli: “Kebijakan yang Baik Berasal dari Hukum yang Baik dan Senjata yang Kuat”

Niccolò Machiavelli (1469–1527)
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Reformasi hukum di Indonesia telah menunjukkan kemajuan, tetapi masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, terutama dalam hal pemberantasan korupsi dan reformasi birokrasi. Di sisi lain, TNI sebagai kekuatan militer utama terus berupaya meningkatkan profesionalisme dan modernisasi untuk menghadapi tantangan baru, seperti ancaman di kawasan Indo-Pasifik dan keamanan maritim.

Pelajaran bagi Pemimpin Modern

Pernyataan Machiavelli menawarkan pelajaran penting bagi pemimpin di berbagai bidang, tidak hanya dalam politik tetapi juga dalam manajemen dan bisnis. Dalam dunia korporasi, hukum yang baik dapat diterjemahkan sebagai kebijakan perusahaan yang adil, sedangkan senjata yang kuat bisa diartikan sebagai strategi bisnis yang kompetitif.

Misalnya, perusahaan teknologi seperti Google dan Apple memiliki kebijakan internal yang ketat untuk melindungi hak karyawan, sekaligus strategi inovatif untuk mempertahankan posisi mereka di pasar global. Kombinasi ini menciptakan stabilitas dan keberlanjutan dalam jangka panjang.

Perspektif Etis: Apakah Kekuasaan Harus Diutamakan?

Seperti banyak pemikiran Machiavelli, kutipan ini sering menimbulkan pertanyaan tentang etika. Apakah fokus pada hukum dan kekuatan berarti mengabaikan moralitas? Machiavelli sendiri sering dianggap pragmatis, lebih mementingkan hasil daripada proses.

Namun, dalam masyarakat modern, pemimpin dituntut untuk menyeimbangkan pragmatisme dengan nilai-nilai etika. Hukum yang baik harus mencerminkan keadilan, dan kekuatan militer harus digunakan untuk melindungi, bukan menindas.