Warisan Stoisisme: Filosofi Kuno yang Tetap Relevan untuk Kehidupan Modern

Tokoh-tokoh Filsuf Stoicisme
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Bagi para filsuf Stoik, kekayaan, kesehatan, dan reputasi bukanlah hal yang secara inheren baik. Hal-hal ini hanya memiliki nilai jika digunakan dengan bijaksana. Sebaliknya, jika dimiliki oleh seseorang yang bodoh dan tidak bermoral, kekayaan dan kekuasaan hanya akan memperbesar peluang untuk melakukan tindakan buruk.

Stoisisme dan Ketahanan Psikologis

Salah satu ciri khas Stoisisme adalah pendekatannya terhadap ketahanan psikologis. Stoisisme mengajarkan bahwa kita hanya dapat mengendalikan pikiran, tindakan, dan sikap kita sendiri, sementara hal-hal di luar kendali kita—seperti cuaca, opini orang lain, atau peristiwa acak—tidak seharusnya menjadi sumber stres.

Dalam Stoisisme, konsep ini dikenal sebagai dikotomi kendali. Dengan memahami batasan kendali kita, Stoisisme membantu kita untuk fokus pada apa yang benar-benar penting dan melepaskan hal-hal yang tidak bisa kita ubah. Pendekatan ini memiliki kesamaan dengan terapi modern seperti Cognitive Behavioral Therapy (CBT), yang dirancang untuk membantu individu mengelola stres dan kecemasan.

Filosofi sebagai Cara Hidup

Stoisisme bukan hanya sekadar teori, tetapi juga praktik hidup. Para filsuf Stoik seperti Epictetus, Seneca, dan Marcus Aurelius meninggalkan panduan praktis tentang bagaimana menjalani hidup yang bermakna. Dalam karya-karyanya, Marcus Aurelius sering menekankan pentingnya hidup sesuai dengan kebajikan dan menerima kenyataan dengan lapang dada.

Stoisisme juga menawarkan latihan mental seperti: