Jejak Anaxagoras: Dari Pengadilan Hingga Warisannya dalam Pemikiran Socrates

Anaxagoras
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Jakarta, WISATA - Pengadilan Anaxagoras, seorang filsuf Yunani kuno yang dikenal sebagai pionir dalam filsafat ilmiah, tetap menjadi momen penting dalam sejarah intelektual dunia. Meski tanggal dan rincian persidangan ini tidak sepenuhnya jelas, dampaknya terhadap pemikiran Socrates dan filsafat Barat tidak diragukan lagi signifikan. Dituduh melakukan tindakan asebeia (ketidakberimanan), Anaxagoras diadili di Athena atas klaim bahwa ajarannya tidak sesuai dengan kepercayaan tradisional. Persidangan ini tidak hanya mencerminkan ketegangan antara pemikiran rasional dan tradisi religius, tetapi juga menjadi contoh nyata bagaimana filsafat bisa menjadi sasaran politik dan sosial.

Anaxagoras: Pelopor Pemikiran Ilmiah

Lahir di Clazomenae sekitar tahun 500 SM, Anaxagoras dikenal sebagai filsuf pertama yang membawa gagasan filsafat pra-Sokratik ke Athena, pusat intelektual Yunani. Salah satu ajaran utamanya adalah konsep Nous (pikiran kosmis) sebagai prinsip pengatur alam semesta. Ia juga menantang keyakinan mitologis tradisional dengan menjelaskan fenomena alam secara rasional, seperti mengklaim bahwa matahari adalah batu besar yang membara, bukan dewa.

Namun, pandangan ini menjadi kontroversial di Athena. Dengan semakin kuatnya pengaruh agama tradisional dan politik konservatif, ajaran Anaxagoras dipandang mengancam. Tuduhan asebeia sering digunakan untuk membungkam pemikir yang dianggap melawan arus.

Pengadilan Anaxagoras: Kisah yang Tak Tercatat Pasti

Meskipun detail pengadilan Anaxagoras tidak terdokumentasi secara lengkap, catatan sejarah menunjukkan bahwa ia dituduh menyebarkan ajaran yang meremehkan dewa-dewa Yunani. Beberapa sumber mengklaim bahwa hubungannya dengan Pericles, pemimpin politik terkemuka Athena, menyelamatkan nyawanya dari hukuman mati, meskipun ia akhirnya diasingkan. Anaxagoras menghabiskan sisa hidupnya di Lampsacus, tempat ia tetap dihormati oleh masyarakat setempat.

Tragedi ini menggambarkan kerentanan para filsuf terhadap intrik politik dan ketidakpastian sosial pada masanya. Pengalaman Anaxagoras ini menjadi preseden penting bagi Socrates, yang menghadapi tuduhan serupa beberapa dekade kemudian.